Opini
Kapitalisme Merusak Profesi Mulia
Oleh: Marissa Ulin Nuha
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Hari Guru Nasional merupakan salah satu perayaan yang diperingati pada 25 November setiap tahunnya. Guru merupakan sosok yang penting untuk banyak orang dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang rela memberikan tenaganya membentuk karakter, memberikan ilmu pengetahuan, hingga memastikan masa depan cerah. (liputan6.com, 22-09-2024)
Belum lama ini banyak di antara masyarakat Indonesia yang merayakan hari guru, seolah menjadi seremonial yang sakral bahkan beberapa di antara murid-murid dan para orang tua menyiapkan hadiah-hadiah sederhana untuk diberikan kepada guru, mulai dari bucket snack, sembako, hingga uang tunai dengan nominal tertentu menghujani para guru di hari peringatan tersebut. Apresiasi sederhana ini tentunya membuat guru merasa senang. Dan kita semua memahami betul bahwa guru memiliki peran penting dikehidupan ini. Namun di sisi lain peringatan hari guru itu tidak sedikit pula persoalan yang menimpa para guru di sistem sekarang ini. Seperti gaji guru yang tidak layak, guru hanya dianggap sebagai pekerja hingga maraknya kriminalisasi guru yang menunjukkan guru tidak memiliki jaminan perlindungan.
Di sisi lain pula guru di sistem sekarang ini banyak yang melakukan perbuatan kontraproduktif yang sangat tidak selaras dengan profesinya seperti menjadi pelaku bullying, melakukan kekerasan fisik dan seksual, dan tidak sedikit pula di antara para guru yang terlibat kegiatan judol (judi online). Rusaknya sistem kenegaran hari ini berdampak pada peran dan tugas guru dalam mendidik generasi.
Melihat fakta yang terjadi hari ini tentang guru dan dunia pendidikan, tentu membuat hati kita merasa teriris. Peran mulia seorang guru harus tercoreng dan ternodai oleh sistem kenegaraan yang lahir atau dibuat oleh manusia. Akankah kita terus berharap pada sistem kapitalisme saat ini melihat banyak sekali generasi emas yang hilang?
Mari berkelana kembali ke masa lalu, masa yang bisa kita jadikan pelajaran di mana sistem Islam pernah mencapai masa keemasan dan kejayaan. Pada pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, perkembangan ilmu pengetahuan maju sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari pendirian perpustakaan, pemberian gaji kepada para ilmuan dan guru yang bisa dikatakan menembus langit jika disamakan dengan sekarang. Gaji para guru dan ilmuwan adalah setara pesebak bola Christian Ronaldo atau Lionel Messi, sehingga banyak terlahir ilmuan-ilmuan muda, penerjemahan buku, dan adanya jaminan keterbukaan dan kebebasan akademik. Pada masa itu pula kehidupan para guru benar-benar mendapat apresiasi dari negara, mendapatkan perlindungan serta kehidupan yang layak. Sungguh hal ini berbeda jauh dengan apa yang kita rasakan sekarang ini.
Perlu kita semua ketahui bahwa Islam yang kita kenal bukan sekadar agama saja yang mengurusi perkara ibadah dan hubungan Tuhan dengan hamba-Nya, namun Islam adalah the way of life yang sudah Allah janjikan. Islam adalah rahmatan lil alamin atau rahmat bagi sekalian alam bukan hanya bagi pemeluknya tapi bagi seluruh alam, yang akan mengantarkan pada keberkahan dunia dan akhirat. Islam memiliki sistem kenegaraan, sistem ekonomi, dan segala bentuk pengaturan hidup manusia mulai dari bangun tidur sampai manusia itu kembali tidur.
Dalam hal pendidikan, Islam senantiasa menghargai ilmu dan pembawanya, termasuk menghargai para guru jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem kapitalisme. Pada masa kejayaan Islam, lahirnya generasi-generasi emas sekelas Imam Syafi'i bukanlah sebuah mimpi atau omong kosong belaka. Tentu saja hal itu bisa kita wujudkan di jaman yang semakin modern ini. Dengan cara apa? Dengan cara mengembalikan Islam sebagai sistem bernegara, bukan sekedar agama belaka.
Sebagaimana yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa islam bukan hanya sekadar agama, melainkan cara untuk hidup itu benar adanya. Kebaikan-kebaikan dari penerapan sistem Islam sebagai sistem bernegara pun bukan hanya umat Islam yang akan merasakan kebaikannya. Umat agama lain juga seluruh alam akan merasakan kebaikan-kebaikan dari penerapan sistem Islam tersebut sesuai dengan janji Allah. Jika yang mengatakan manusia kita boleh saja tidak percaya, tapi dalam hal ini Allah langsung yang menyampaikan. Akankah kita meragukan hal tersebut?
Pernyataan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala:
Ùˆَما Ø£َرْسَÙ„ْناكَ Ø¥ِلاَّ رَØْÙ…َØ©ً Ù„ِÙ„ْعالَÙ…ِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia.” (QS. Al Anbiya: 107)
Via
Opini
Posting Komentar