Opini
Kenaikan Tunjangan Guru, Benarkah Meningkatkan Kesejahteraan?
Oleh: Mutmainnah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Presiden Prabowo mengumumkan akan menaikkan gaji guru pada hari guru nasional. Gaji guru ASN satu kali gaji pokok dan Non-ASN akan naik sebesar 2 juta perbulan. Syarat mendapatkan gaji tunjangan profesi yaitu SK Inpasing dan jam mengajar 24 jam. Guru Non-ASN yang mengajar di sekolah tidak mendapatkan jam mengajar sampai 24 jam hingga tunjangan 2 juta tidak didapatkan seutuhnya (detik.com, 30-12- 2024).
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo menyatakan, beberapa persepsi yang muncul usai Presiden Probowo mengumumkan kenaikan gaji guru. Pertama, tidak ada kenaikan gaji untuk Guru ASN pada tahun 2025. Kedua, tidak ada peningkatan tunjangan profesi guru non ASN. Ketiga, Heru menyoroti rencana pemerintah untuk memberikan bantuan bagi guru honorer. Hendaknya, jangan berupa bantuan temporer tapi sesuai atas cita Prabowo berupa upah minimum guru yang berlaku umum. Ketua FSGI, mendesak pemerintah untuk mengklarifikasi kebijakan kenaikan gaji guru (tempo.com, 2-12- 2024).
Tarik Ulur Gaji Guru
Pernyataan presiden bukanlah menaikkan gaji, namun hanya kenaikan tunjangan untuk guru swasta atau non ASN, itupun hanya 500 ribu rupiah. Kebijakan ini jelas menggambarkan ketidakseriusan pemerintah dalam menjamin kesejahteraan guru. Kenaikan tunjangan ini jelas tidak akan mampu meningkatkan kesejahteraan para guru. Pasalnya kesejaheraan rakyat tidak hanya berkaitan dengan besaran gaji dan tunjangan yang didapatkan, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi perekonomian yang melingkupi kehidupan masyarakat.
Sementara, harus kita pahami bahwa penerapan sistem ekonomi kapitalisme membutuhkan biaya yang besar oleh setiap individu dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Termasuk juga pada guru. Setiap tahunnya kenaikan harga bahan pangan, papan, pendidikan, kesehatan, BBM, listrik dan PPN lebih sering terjadi dibandingkan kenaikan gaji guru. Masih banyak guru yang mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kekurangan biaya hidupnya. Tidak sedikit juga dari mereka terjerat pinjol hingga judol (judi online).
Pada sistem kapitalisme, guru dipandang tak ubahnya faktor produksi yang tenaganya digunakan untuk menyiapkan generasi yang siap bekerja. Visi misi penguasa dalam mengejar keuntungan sebesar-besarnya akan terus digencarkan oleh sistem kapitalisme. Para penguasa lebih mengutamakan keutungan oligarki dibandingkan menyelamatkan rakyat dari kemiskinan. Kekuasaan membutakan penguasa dari tanggung jawabnya sebagai kepala negara yang dibutuhkan oleh rakyat, tetapi mereka menjadi pengkhianat bagi masyarakat.
Gaji guru yang dijanjikan hanya sebuah pemanis pada awal kampanye saja. Tetapi, nyatanya penguasa belum mampu memberi kesejahteraan bagi para guru. Kenaikan tunjangan hanya 500 ribu bukan sebesar 2 juta. Ini membuktikan bahwa potret pendidikan kapitalis menyedihkan dan memperihatinkan. Bukanya memperbaiki keadaan pendidikan yang carut marut, malah memalak rakyat dengan Pajak yang naik sebesar 12 persen . Program makan gratis yang sudah dijanjikan, nyatanya rakyat menjadi korban dari pajak. Inikah pemimpin yang akan membawa perubahan dan memberikan kesejahteraan bagi rakyat? Semua isi kampanye hanya omong kosong belaka. Berkoar-koar ingin menyejahterakan guru tapi, nyatanya semua hanya sebuah mimpi di siang bolong. Berharap pada sistem kapitalis tidak akan bisa memberikan kesejahteraan bagi guru dan generasi emas yang diharapkan.
Kapan Guru akan Sejahtera?
Kapitalisme melahirkan pemimpin yang populis, tidak memiliki sikap memerintah dan memimpin. Ketika mereka memimpin mengalami kegagalan dalam menyusun kebijakan publik dan aspek ketidak pastian bagi rakyat. Pendidikan saja masih banyak tambal sulam dari kebijakan yang disahkan hanya untuk kepentingan segelintar individu dan kelompok. Kurikulum yand dibuat hanya untuk menunjukan kehebatan diri mereka dalam mengkaji suatu metode pengajaran. Tapi, nyatanya malah makin merusak status pendidikan yang sesungguhnya untuk membentuk generasi yang beriman dan bertakwa. Profil pendidikan kapitalis tak bisa mewujudkan generasi pembawa perubahamn pada umat.
Pemimpin dalam sistem demokrasi kapitalisme membuat rakyat menderita, termasuk guru kekurangan gaji di karena tidak ada tanggung jawab dan kepemimpin seorang pemimpin dalam mengurusi kebutuhan umatnya. Seharusnya rakyat sadar dan tidak menaruh harapan pada penguasa demokrasi kapitalime. Ketika syariat Islam tidak diterapkan, tidak menjadi dasar berpikir dan bersikap penguasa maupun rakyat dalam bingkai kehidupan. Hasilnya penguasa berjalan sendiri, rakyat hanya ikut meskipun kebijakan yang disahkan meanggar aturan Allah.
Solusi Islam Sebagai Solusi Bagi Para Guru
Dalam Islam, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim laki-laki dan perempuan. Orang yang berpengetahuan juga mendapatkan posisi yang tinggi di sisi Allah Taala. Dengan ilmu seseorang dapat mempelajari tentang manusia, alam semesta dan kehidupan. Ilmu mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta. Ia pun dapat memanfaatkan ilmunya secara efektif untuk memberikan kemasalahatan bagi umat di berbagai bidang. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu perhatian utama pada masa pemerintahan Islam.
Perhatian pemerintah Islam pada guru sangat mulia. Pendidikan dalam Islam menjadi bagian integral dalam peradaban Islam sejak zaman Nabi Muhammad saw. Misalnya, pada masa Abbasiyyah negara wajib menyediakan pendidikan secara gratis kepada rakyat tanpa memandang agama, ras, suku, status ekonomi dan sosial mereka. Pada masa Khilafah, guru tidak pernah mengalami kekurangan gaji karena negara sudah menyedikan tunjangan guru di baitulmal khusus untuk pendidikan. Tidak ada pungutan pajak yang menjerat rakyat. Malah memberikan fasilitas pendidikan yang memadai tanpa merampas hak rakyat. Berbeda dengan kapitalis sekuler yang menyedikan fasilitas pendidikan seala kadar dan tunjangan guru seadanya tanpa memikirkan masa depan generasi menjadi taruhan.
Pada sistem Islam, pendidikan menjadi perhatian utama dalam membentuk generasi emas dan bertakwa. Dengan memberikan fasiltas, sarana dan prasarana yang berkualitas. Tenaga pendidik yang terampil dalam bidangnya. Tunjangan guru yang layak. Tidak ada perbedaan antara guru honorer dan pegawai negeri semua diberikan tunjangan dengan jumlah yang sama. Bila guru sudah diberikan gaji yang layak maka titik fokusnya hanya untuk membentuk generasi yang beriman dan takwa. Dengan penerapan Syariat Islam dalam kehidupan sungguh akan memuliakan guru hingga memapu mencetak generasi unggul dan bertakwa.
“Inilah jalanku yang lurus (yakni Islam) karena itu ikutilah jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain yang bisa mengakibatkan kalian tercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertakwa." (TQS Al-Anam: 153)”.
Dari ayat di atas akan mampu membentuk kesadaran ideologis untuk berjuang bersama menegakkan yariah Islam secara kaffah dalam aspek pendidikan. Melahirkan generasi emas yang beriman, bertakwa, cerdas, serta berprestasi bagi bangsa dan negara.
Wallahualam bishawab.
Via
Opini
Posting Komentar