Opini
Lomba Melamun, Bukti Kedangkalan Berpikir
Oleh: Eci Aulia
(Aktivis Muslimah Bintan)
TanahRibathMedia.Com—Menjelang malam pergantian tahun, Dinas Pariwisata Kota Batam akan menggelar perlombaan yang tergolong langka. Yaitu lomba melamun. Kegiatan ini direncanakan akan berlangsung di alun-alun Engku Puteri, Batam Kota, Sabtu, 28-12- 2024.
Dilansir dari www.batamnews.co.id (30-11-2024), Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata mengatakan perlombaan ini terinspirasi dari Korea Selatan yang sebelumnya sukses mengadakan kegiatan serupa. Mekanisme penuh tantangan yang harus dilakukan adalah peserta harus melamun selama 90 menit tanpa boleh bermain ponsel, berbicara, tidur, menangis, makan, dan minum.
Selama perlombaan para peserta tetap diawasi oleh tenaga medis untuk memastikan keamanan. Menurutnya lomba ini bertujuan untuk menghabiskan waktu berkualitas tanpa gadget sekaligus merilekskan pikiran dan menurunkan stres.
Melamun adalah sebuah aktivitas atau perbuatan, sedangkan seluruh aktivitas seorang Muslim terikat dengan hukum syarak. Adapun hukum syarak yang mengatur perbuatan tersebut terdiri dari wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah. Maka, sebelum melakukan sesuatu hendaklah seorang Muslim mengetahui hukumnya terlebih dahulu.
Mengenai hukum asal melamun itu sendiri adalah mubah. Islam tidak melarang berangan-angan. Hanya saja, aktivitas melamun apalagi dalam lingkaran hidup sekular hari ini lebih cenderung memunculkan angan-angan kosong. Bahkan membuka peluang jeratan setan untuk menjerumuskan manusia ke dalam kemaksiatan.
Terlebih lagi jika lomba melamun sampai menyebabkan bahaya maka akan menjadi haram. Sebab hukum asal sesuatu yang membahayakan adalah haram. Fakta yang sering kita dapati banyak masyarakat terutama generasi muda yang rela menantang bahaya hingga bertaruh nyawa demi melakukan sesuatu yang tidak biasa. Entah itu demi mengejar cuan ataupun mencari sensasi.
Sebagaimana yang dijelaskan pada hadis Arbain ke-32 yang berbunyi,
لاَ ضَرَرَ Ùˆَلاَ ضِرَارَ
Artinya: "Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain."
Di sisi lain, selama faktor yang melatarbelakangi stres itu sendiri tidak di atasi. Maka aktivitas melamun belum dapat dikatakan sebagai relaksasi apatah lagi menurunkan stres. Perasaan stres biasanya dipicu oleh masalah sosial dan biaya hidup yang tinggi. Mulai dari biaya kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.
Solusinya tentu menyelesaikan seluruh problematika di atas dengan tuntas hingga ke akar sesuai Al-Qur'an dan sunnah. Dalam Islam negaralah yang seharusnya menjamin kesejahteraan hidup masyarakat. Stres akan hilang jika seluruh problematika diselesaikan dengan syariat Islam. Dengan menyadari akar masalah stres seharusnya umat Muslim lebih bijak menempatkan prioritas amal.
Dari sini dapat kita garis bawahi bahwa aktivitas perlombaan melamun jelas memperlihatkan kedangkalan berpikir umat. Pemikiran yang cenderung kepada aktivitas mencari kesenangan belaka. Tak peduli manfaat atau mudarat yang akan didapat.
Alangkah indah dan berkualitas jika aktivitas melamun diganti dengan aktivitas bertafakur mengingat ayat-ayat Allah dan merenungi maknanya. Selain bernutrisi bagi akal juga bernilai pahala di hadapan Allah Swt.. Semakin kita membaca dan meresapi ayat-ayat-Nya, maka kita akan semakin mengenal Allah Swt. dan kebesaran-Nya.
Lebih lanjut ada perkara yang lebih penting dan genting yang harus menjadi fokus pikiran umat Muslim hari ini. Umat Islam tidak boleh menutup mata dari kompleksitas permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Baik itu dalam aspek pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. Membuang waktu untuk hal yang tidak penting di saat suasana genting jelas tanda kemerosotan berpikir.
Islam yang berasal dari wahyu Allah Swt. akan menggiring akal manusianya untuk senantiasa berlomba-lomba melakukan kebaikan. Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.
Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda, "Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi).
Sejatinya, yang menjadi landasan berpikir seorang Muslim bukanlah kesenangan dan materi, tetapi hukum syarak. Dengan begitu seluruh aktivitasnya tidak akan menjadi amal yang sia-sia. Sekecil apapun amal baik yang dilakukan akan bernilai dihadapan Allah Swt.
Oleh karena itu, pastikan setiap aktivitas kita memiliki value. Sebab di sana ada pertanggungjawaban kepada-Nya. Untuk itu jangan membuang waktu untuk hal yang nirfaedah bagi dunia akhirat kita. Memilih atau meninggalkan sesuatu yang mubah adalah sebuah pilihan. Akan tetapi, sebagai Muslim sejati harus pandai menempatkan prioritas amal. Maka beramal lah dengan amalan terbaik.
Wallahualam bissawab
Via
Opini
Posting Komentar