Opini
Palestina Berduka, Dunia Pura-Pura Buta
Oleh: Ayu Winarni
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Memasuki tahun ke dua, rupanya dunia belum memberikan kejelasan sikap juga tindakan akan masa depan Palestina. Mengutip dari Media Indonesia (26-11-2024) bahwa pasukan Israel membunuh sebanyak 24 orang dan melukai 71 orang lainnya dalam dua pembantaian keluarga dalam 24 jam terakhir. Sehingga per Selasa (26-11-2024), sebanyak 44.235 warga Gaza telah tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 lalu.
Sementara jumlah korban luka sebanyak 104.638 orang dalam serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 tahun lalu. Rumah-rumah jangan ditanya, luluh lantah hampir rata dengan tanah yang mengharuskan mereka terlunta-lunta pergi mencari tempat mengungsi. Sungguh kondisinya sangat menyayat hati bagi siap saja yang masih punya hati nurani.
Dunia Bungkam
Buta mata, masih ada hati yang berempati. Tapi, buta hati bagaikan tubuh yang mati. Bagaimana tidak, genosida yang berlangsung begitu lama dengan korban jiwa yang kian banyak, nyatanya tidak mampu menggerakkan hati para pemimpin dunia terkhusus pemimpin negeri-negeri Muslim untuk melakukan aksi nyata sebagai upaya membela saudara di Palestina.
Genosida yang berlangsung lama itu pada akhirnya menciptakan solidaritas internasional. Tidak hanya dari kalangan Muslim tapi juga non-muslim dunia. Karena bagi mereka, tidak harus menjadi Muslim dulu untuk bisa merasakan bagaimana derita yang dialami warga Palestina, tapi "cukup menjadi manusia."
Padahal, sikap yang sama bahkan lebih seharusnya ditunjukkan oleh para pemimpin negeri-negeri Muslim di seluruh dunia. Sayangnya, semua itu tidak dilakukan kecuali sebatas menyatakan keprihatinan saja. Mirisnya lagi, negeri-negeri Muslim di belahan dunia justru tengah bereuforia dengan berbagi perayaan yang mengalihkan perhatian. Bahkan Arab yang seharusnya menjadi representasi Islam justru buta dan tuli.
Indonesia pun demikian. Berbagai kecaman sudah sering kali dilontarkan. Padahal kecaman itu nyatanya tidak membuat gentar Israel apalagi menghentikan pembantaian. Di sisi lain justru menjalin hubungan baik dengan AS yang secara terang-terangan mendukung serangan Israel ke Palestina. Dikutip dari Tempo.co (3-11-204), dalam laporan terbaru dari The National Interest, membahas tentang miliaran dolar pajak AS yang dikirim ke Israel untuk mendanai perang-perangnya yang sedang berlangsung.
Muslim itu Bersaudara
Mengusir entitas Yahudi itu sangat bisa untuk dilakukan jika negeri-negeri Muslim itu bersatu. Sementara selama ini hanya berharap solusi dari berbagai perundingan PBB dan lembaga-lembaga HAM dunia yang hanya omong kosong. Kemerdekaan apapun bentuknya jika harus kehilangan sebagian tanah Palestina, sama halnya dengan pengkhianatan terhadap ribuan nyawa yang telah syahid dalam mempertahankan tanah tersebut.
Padahal jelas, dimata Allah Swt., jangankan puluhan ribu nyawa, pembunuhan satu orang saja tanpa haq, sama dengan membunuh seluruh manusia.
Allah Swt. berfirman:
ۥ مَن قَتَلَ نَفۡسَۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ أَوۡ فَسَادٍ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَڪَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعًا
"Siapa saja yang membunuh satu orang, bukan karena orang itu membunuh orang lain atau membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia" (TQS al-Maidah: 32).
Rasulullah saw. juga bersabda:
“Seorang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain laksana satu bangunan, satu bagian memperkuat bagian yang lain.” (HR Bukhari).
Lantas bagaimana hati nurani para pemimpin negeri-negeri Muslim di dunia ini yang tidak tergugah untuk membantu. Mungkin mereka sudah mengklaim sudah membantu dengan berbagai bantuan logistik seperti obat-obatan, pakaian juga makanan bahkan doa. Tapi apakah semua itu bisa menghentikan genosida? Tidak!
Sekat Nasionalisme
Bukan tidak baik menyalurkan berbagai bantuan logistik, tapi kenyataannya memang bantuan yang dibutuhkan Palestina itu adalah bantuan yang bisa mengakhiri genosida bahkan mengusir sekalian Israel sang agresor secara bersih dari tanah Palestina. Sementara makanan dan obat-obatan mungkin dapat mengganjal rasa lapar dan mengobati luka tapi tidak dapat menahan serangan rudal yang menghantam rumah-rumah mereka.
Untuk itu kita patut bertanya: dengan apa kemudian penderitaan Palestina bisa diakhiri?Maka jawabannya adalah dengan mengerahkan tentara untuk menggempur entitas Yahudi yang berkoalisi dengan Amerika Serikat. Tetapi mengapa semua itu tidak dilakukan?
Pertama, inilah dampak buruk dari nasionalisme dan nation state. Akibatnya, ukhuwah islamiyah semakin tereliminasi dan hilang entah dimana. Masing-masing negeri Muslim, khususnya para penguasa mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri. Mereka tak perduli dengan sejumlah tragedi yang menimpa umat Muslim diberbagai belahan dunia.
Kedua, kebanyakan para penguasa Muslim dan Arab adalah antek Barat, khususnya AS. Maka wajar jika mereka cenderung tidak perduli meskipun sudah jelas mereka membunuh kaum Muslim. Termasuk Indonesia yang tengah tersandera kebijakan proyek yang didanai oleh AS. Di mana-mana, negara pengutang akan tundak pada yang memberi hutang.
Padahal banyak dalil yang menyebutkan bahwa antar sesama umat Muslim adalah saudara. Maka seharusnya ukhuwah islamiyah itu harus lebih dijalin dan diutamakan diatas persaudaraan karena ikatan lainnya, termasuk ikatan nasionalisme.
Umat Muslim diseluruh penjuru dunia diperintahkan untuk bersatu dan diharamkan bercerai-berai. Allah Swt. berfirman:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُواْ ۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنًا
"Berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian berpecah-belah. Ingatlah nikmat Allah atas kalian saat kalin dulu saling bermusuhan, lau Dia mempertautkan kalbu-kalbu kalian sehingga kalian dengan nikmat-Nya menjadi bersaudara." (TQS Ali-Imran : 132).
Bukan Sekedar Masalah Palestina Berduka, Dunia Pura-Pura Buta
Tragedi Palestina sudah berumur sekitar 76 tahun jika dihitung sejak pendirian negara Yahudi pada tahun 1948. Bisa dibayangkan sudah berapa nyawa yang menjadi korban dari kebiadaban Israel hingga saat ini. Bahkan sejak penduduknya di tanah Palestina, sudah banyak terjadi pembantaian yang dilakukan Israel.
Mirisnya, setiap kali terjadi pembantaian hanya dianggap sebagai masalah kemanusiaan. Padahal semata-mata bukan masalah kemanusiaan. Lagi-lagi semua itu tidak terlepas dari peran Barat yang dengan sengaja memanipulasi opini dan menggeser isu Palestina sebatas isu kemanusiaan bukan agama. Parahnya, manipulasi opini itu telah diadopsi kaum Muslim dunia.
Barat memahami betul kekuatan kaum Muslimin apabila bersatu. Apalagi dalam sejarahnya, umat Muslim pernah hidup dalam satu kepemimpinan Islam selama kurang lebih 14 abad dan menguasai 2/3 belahan dunia dan menjadi sebuah negara adidaya di bawah institusi negara khilafah. Inilah kemudian yang menjadi ketakutan dari Barat, sehingga berbagai upaya coba untuk dilakukan untuk menghalangi persatuan itu termasuk pada isu Palestina.
Ketika kaum Muslim menyadari bahwa isu Palestina sebagai masalah aqidah atau agama, maka mereka dengan sendirinya akan menyerukan jihad untuk membebaskan Palestina. Maka, menjadi kewajiban bersama untuk menjelaskan kepada kaum Muslim khususnya bahwa tanah Palestina adalah tanah seluruh kaum Muslim yang mana semua kita umat Muslim bertanggung jawab atas tanah tersebut.
Kesadaran akan tanah tersebut sebagai tanah miliknya umat Muslim harus juga dibarengi dengan kesadaran bahwa umat Muslim itu wajib bersatu dalam satu kepemimpinan tunggal yakni dibawah kepemimpinan seorang khalifah yang menerapkan Islam sebagai asas dalam kehidupan bernegara yaitu negara khilafah. Dengan begitu seruan jihad bisa dilakukan. Sesungguhnya, hanya jihadlah yang mampu membebaskan tanah Palestina, karena zionis Yahudi hanya mengenal bahasa kekerasan dan militerisme bukan sebatas kecaman juga perundingan.
Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.
Via
Opini
Posting Komentar