Opini
Pemuda Berprestasi atau Sekadar Cari Sensasi?
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi MAN 1 Kota Batam)
TanahRibathMedia.Com—Menjadi seorang remaja yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terkadang membawa kita pada prestasi yang tak kita duga selama ini. Namun, tak jarang juga menimbulkan berbagai dampak kurang baik karena perbuatan kita yang hanya sekadar mencari sensasi. Seperti balap motor, tawuran, ataupun mengikuti challenge yang membahayakan.
Padahal, sebagai seorang pemuda yang sudah Allah titipkan sebuah kekuatan dan energi yang hanya khusus kita miliki, harusnya menjadikan kita sebagai pemuda yang berprestasi. Mengapa harus menjadi pemuda yang berprestasi dan bukan menjadi pemuda yang hanya cari sensasi?
Sebelum membahas lebih lanjut, aku mau mengingatkan kepada kalian teman-temanku sekalian. Bahwa sejak 1400 tahun yang lalu, Rasulullah telah bersabda bahwa tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya.
Nah, melalui hadits ini, kita dapat menarik satu kesimpulan bahwa jika ingin keislaman kita itu baik, maka tinggalkan hal-hal yang unfaedah. Hal-hal yang tidak memiliki manfaat ini salah satunya adalah ikut-ikutan challenge yang tidak berguna atau bahkan berbahaya. Bukannya menjadi pemuda yang cerdas, malah akhirnya terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak Allah ridhai.
Ketika kita telah memahami dengan benar sabda Rasulullah saw. di atas maka seharusnya kita sebagai seorang pemuda menjauhi hal-hal yang tidak menimbulkan manfaat dan beralih kepada perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi umat.
Selain untuk mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat, ketika kita menjadi pemuda yang berprestasi, maka kita telah membuktikan bahwa kita ikut berkontribusi dan berpartisipasi dalam usaha melakukan perbaikan bagi bangsa dan peradaban ini.
Sebutan pemuda berprestasi bukan hanya ditujukan kepada teman-teman kita yang selalu menang mengikuti lomba olimpiade, bukan juga hanya teman-teman kita yang selalu mendapatkan juara. Namun, lebih daripada itu. Pemuda yang berprestasi itu adalah pemuda yang kesehariannya selalu berdasarkan kepada syariat Islam.
Pemuda yang menjadikan Islam sebagai kepribadian nya agar output yang dihasilkan juga cemerlang dan mampu menjadi tonggak perubahan. Sayangnya di era sistem sekularisme saat ini yang meniscayakan adanya pemisahan agama dari kehidupan, menjadikan pemuda muslim asing dengan agamanya sendiri.
Para pemuda yang seharusnya menjadi agen perubahan malah stuck pada masalah sepele perihal urusan asmara semata. Nanti di tulisan yang akan datang insyaallah akan aku jelaskan bagaimana seharusnya pemuda bersikap ketika rasa cinta itu hadir menyapa.
Maka, untuk menjadi seorang pemuda yang berprestasi, tentu kita harus memperbaiki keimanan dan ketakwaan masing-masing individu terlebih dahulu. Ketika ketakwaan telah menancap kuat dalam diri, maka perbuatan maksiat yang ingin dilakukan akan terhempas dengan sendirinya karena kita memiliki benteng perlindungan yang akan menjaga kita dari serangan luar yang membahayakan.
Setelah ketakwaan diperbaiki, langkah selanjutnya adalah harus adanya keselarasan antara pemuda dengan orang dewasa. Jangan sampai, para pemudanya telah siap untuk menjadi pemuda yang berprestasi dengan memperjuangkan Islam, eh malah para orangtuanya yang tidak mau atau enggan mendukung barisan perjuangan ini.
Maka, mau tidak mau, kita semuanya harus mengkaji Islam agar memiliki kesatuan pemahaman, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam berjuang menyebarkan kebaikan.
Lalu, yang terakhir adalah harus ada peran negara yang mampu mengayomi setiap kebutuhan rakyatnya. Karena, jika hanya mengandalkan ketakwaan masing-masing individu dan kelompok, maka tidak akan bertahan lama. Sehingga kita memang membutuhkan sebuah sistem pemerintahan yang mampu mengayomi seluruh rakyatnya di bawah naungan syariat Islam yang telah diterapkan secara sempurna.
Dengan demikian, meskipun negara yang kita rindukan ini belum tegak berdiri, tetaplah menjadi pemuda berprestasi yang high value, yang hanya akan memperjuangkan kehormatan agamanya, bukan malah sekadar cari sensasi tanpa memikirkan akibatnya.
Wallahu a'lam bish showwab.
Via
Opini
Posting Komentar