Opini
Perempuan Independen, Bagaimana Islam Memandang?
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi MAN 1 Kota Batam)
TanahRibathMedia.Com—Akhir-akhir ini muncul beberapa opini dan berita terkait perempuan independen. Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus tahu dulu pengertian dari perempuan independen itu sendiri. Independen seringkali diartikan sebagai seseorang yang mandiri dan memiliki penghasilan sendiri. Serta memiliki kestabilan emosi dan lain sebagainya.
Sekilas, kita akan melihat bahwa ketika kata independen disandingkan dengan perempuan maka terlihat bagus dan menarik. Namun sayangnya kata-kata ini juga ternyata menjadi musibah dan problematika tersendiri bagi masyarakat. Kata independen muncul ketika para wanita di daerah Barat menuntut eksistensi dan kesetaraan gender dengan pria.
Bahkan hingga memunculkan sebuah gerakan yang dinamakan dengan gerakan feminisme. Sebenarnya, gerakan ini muncul karena perilaku orang Barat yang menjadikan wanita itu manusia kelas dua atau setara dengan budak yang hanya memuaskan nafsu para pria.
Sehingga para wanita yang tidak ingin ditindas ini akhirnya membuat sebuah gerakan yang menyuarakan kesetaraan gender agar para wanita juga bisa bersuara dan memberikan pendapat di kehidupan bermasyarakat. Sayangnya, gerakan ini ternyata bukan hanya menyetarakan gender, tapi juga menghilangkan peran dan kewajiban perempuan yang seharusnya dilakukan.
Mirisnya lagi, gerakan feminisme ini telah menyebar ke berbagai penjuru dunia dan merasuk ke dalam paradigma berpikir para muslimah. Imbasnya, banyak generasi yang menjadi korban kriminal, terpapar pornografi maupun pornoaksi, candu dengan narkoba serta obat-obatan terlarang, dan masih banyak lagi. Semua ini akibat dari para muslimah yang melalaikan tugasnya sebagai pendidik generasi yang akan menjadi agen perubahan.
Lalu, bagaimana sebenarnya Islam memandang perempuan independen ini? Yuk kita bahas! Sebenarnya, ketika Allah mengutus Rasulullah Muhammad Saw menjadi seorang utusan yang membawa risalah kenabian untuk seluruh alam, Allah telah menurunkan sepaket aturan bersamanya. Termasuk fitrah bagi setiap manusia yang telah Allah ciptakan.
Berbagai buku telah banyak yang mengisahkan kepada kita bagaimana berbagai peradaban memperlakukan seorang perempuan sebelum Islam datang. Perempuan hanya dianggap sebagai komoditas perdagangan dan dianggap warga kelas dua alias tidak dianggap keberadaannya.
Ada yang menganggap bahwa perempuan adalah hanya budak untuk memuaskan nafsu semata. Ada yang ketika suaminya meninggal, maka ia ikut dibakar bersamanya. Bahkan, kaum arab sendiri mengubur bayi perempuan hidup-hidup sebelum Islam datang.
Namun, ketika Islam datang dan menyinari peradaban manusia, maka perempuan bukan lagi sekadar objek pemuas nafsu semata, melainkan sama-sama hamba yang berhak mendapatkan keadilan dalam kehidupan yang ia jalani. Bahkan, Islam melarang keras untuk merendahkan perempuan, karena perempuan adalah makhluk istimewa yang telah Allah ciptakan dengan sebaik-baik bentuk.
Bahkan saking istimewanya seorang perempuan, di setiap fase kehidupannya ada kebaikan yang dihasilkan. Ketika ia menjadi seorang anak yang shalihah, maka ia bisa menjadi sebab orang tuanya masuk ke dalam surga. Kemudian ketika ia menjadi istri dan berbakti kepada suaminya, maka surga untuknya, bahkan juga bisa menjadi wasilah untuk mengajak orangtuanya masuk ke dalam surga. Dan, ketika ia menjadi seorang ibu, maka surga berasa di bawah telapak kakinya.
Subhanallah, begitu mulia perempuan dengan Islam. Tapi, meskipun begitu masih banyak para wanita yang menyuarakan kesetaraan gender. Padahal, jika menuntut keadilan atas diri seorang perempuan, Islam sudah sangat adil terhadapnya. Mereka saja yang kurang mengenal Islam lebih mendalam.
Adil di dalam Islam bukan semuanya dipukul rata dan semuanya diperlakukan sama. Adil di dalam Islam adalah menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya. Maka, Islam telah mengatur apa saja yang menjadi fitrah bagi perempuan dan apa saja yang tidak cocok dilakukan oleh seorang perempuan. Sekali lagi, ini bukan karena tidak adil, namun ini merupakan penempatan sesuai dengan porsi yang telah ditentukan.
Maka, bagaimana Islam memandang perempuan independen? Tidak ada kamus independen dalam Islam. Karena Islam sudah menentukan fitrah masing-masing bagi setiap gender yang telah Allah ciptakan. Oleh karenanya, kembalilah kepada fitrah kita sebagai perempuan. Jangan sampai, karena kelalaian kita, peradaban dan generasi menjadi korbannya.
Wallahu a'lam bish showwab.
Via
Opini
Posting Komentar