Opini
Peringatan Hari Guru Setiap Tahun tak Sebanding Kualitas Siswa
Oleh: Pudji Arijanti
(Pegiat Literasi Untuk Peradaban)
TanahRibathMedia.Com—Tiap tahun peringatan hari guru selalu digelar di negeri ini. Perayaan ini begitu penting dengan harapan penghargaan terhadap guru terwujud. Betapa tidak guru memiliki sumbangsih yang begitu besar bagi peradaban (Liputan6.com, 25-11-2024).
Pahlawan tanpa tanda jasa begitu lekat disematkan di dada-dada para guru. Betapa mereka telah memberikan ilmu pengetahuan bahkan tak sedikit para guru memastikan masa depan cerah bagi anak didiknya. Pendek kata, guru memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan.
Namun hari ini persoalan guru begitu kompleks. Mulai dari gaji tak sepadan dengan profesinya, bahkan yang lebih memprihatinkan adalah guru berurusan dengan hukum. Karena pelaporan orang tua murid atas tuduhan tindak kekerasan yang dilakukan guru.
Guru sering kali mengalami ketidak adilan. Maraknya kriminalisasi guru, dari sebutan guru honorer atau kesejahteraannya berdasarkan sertifikasi. Guru hanya dianggap sebagai pekerja, hal ini menunjukkan guru tidak memiliki jaminan perlindungan.
Di sisi lain, guru hari ini juga banyak yang melakukan perbuatan tercela sehingga tidak sesuai dengan profesinya. Di antaranya guru menjadi pelaku bullying contohnya dengan ikut menertawakan murid yang dirundung oleh teman sekelas atau memilih anak emas di antara siswa dan lain-lain. Bahkan yang lebih memprihatinkan adalah kekerasan fisik dan seksual hingga terlibat judol.
Guru Menjadi Korban Sistem Rusak
Sejatinya guru memiliki peran penting dalam meraih kehidupan generasi di masa datang. Guru yang berkualitas menjadi penggerak utama dalam pembentukan karakter yang kuat lagi mandiri, sehingga terwujudlah SDM berkualitas, generasi surviver. Harapannya cita-cita pemerintah dalam visi generasi emas nan tangguh 2045 terwujud.
Faktanya guru hari ini memiliki segudang persoalan yang sulit terurai. Jika demikian kondisinya bukankah akan mempengaruhi pada pelaksanaan tugasnya mendidik generasi Islam dalam menghargai ilmu? Pembawa ilmu adalah guru seharusnyalah pemerintah memberikan jaminan terhadapa guru antara lain: jaminan perlindungan, jaminan kesejahteraan, serta jaminan peningkatan kualitas ilmunya.
Apa yang terjadi pada guru hari ini tak lepas dari sistem yang menjadi asasnya. Di mana sistem kapitalis sekuler adalah biang dari seluruh persoalan manusia. Selain harus memenuhi persoalan sandang, pangan, papan, guru juga terbebani sistem pendidikan liberal. Alhasil output yang dihasilkan adalah generasi yang tidak memiliki jati diri seorang muslim.
Persoalan demi persoalan mewarnai kehidupan generasi, dari pergaualan bebas berujung seks sebelum menikah, narkoba, bullying dan lain-lain. Dimana satu sisi dia seorang muslim di sisi lain perilakunya minim akhlak mulia.
Kompleksitas anak didik dalam kurikulum yang diterapkan tersebut sangat menguras tenaga dan pikiran para guru. Lagi-lagi kualitas akademik tak secemerlang yang diharapkan bahkan terkategori rendah.
Mirisnya dalam sistem kapitalis sekuler guru dianggap sebagai mesin produksi di mana dari guru lahirlah marketing handal sehingga target produksi terpenuhi. Artinya siswa cukup dididik menjadi pekerja setelah lulus sekolah mendapat pekerjaan mentereng.
Hal inilah penyebab turunnya nilai-nilai spiritual dalam dunia pendidikan. Yang ada justru materi menjadi tujuan utama. Di sinilah letak abainya penghormatan terhadap guru.
Guru Digugu dan Ditiru Hanya dalam Sistem Islam
Kapankah guru dihargai dan dihormati? Tentu saja jika ada Islam yang menaungi. Dalam Islam guru adalah sosok yang berilmu sehingga patut mendapatkan penghormatan. Memuliakan guru merupakan kewajiban yang harus dijaga dengan tulus. Sudah seharusnya lah negara juga turut menghadirkan rasa hormat terhadap guru.
Marilah kita tengok pada masa kejayaan Islam. Seperti pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Pada masa itu guru memperoleh gaji mencapai Rp.12,75 miliar per tahun. Belum lagi periwayat hadis dan ahli fikih ataupun pengajar Al-Qur’an dan hadis gajinya setara Rp.25,5 miliar per tahun.
Islam memberikan penghargaan begitu tinggi kepada guru. Memperhitungkan jasa para guru dalam membimbing generasi penerus dengan imbalan gaji sesuai dengan pengorbanannya. Disamping itu Islam juga memiliki mekanisme yang tertib dan teratur dalam memperlakukan guru. Karena guru adalah sosok yang berjasa dalam sistem Pendidikan. Oleh karena itu tugas negara memberlakukan pengaturan kualitas ilmu para guru serta memberikan berbagai fasilitas pendidikan secara gratis bagi peningkatan ilmu.
Yang tidak kalah penting guru haruslah orang-orang yang bertakwa, aklaknya mulia serta faqih fiddin serta ahli dalam mendidik. Dengan demikian tak ada lagi guru pembully, melakukan kekerasan fisik serta perbuatan tercela lainnya.
Demikianlah langkah-langkah daulah khilafah memperlakukan guru. Satu sisi guru haruslah memenuhi kriteria yang ditetapkan daulah sehingga menjadi pendidik yang mumpuni. Di sisi lain guru haruslah terpenuhi sandang pangan papan. Karena mendidik generasi umat amatlah berat, karena sesungguhnya generasi adalah tumpuan peradaban.
Oleh karena itu betapa urgennya Islam menjadi sebuah sistem yang harus segera di terapkan di negeri-negeri muslim, demi tercapainya kemaslahatan bersama. Karena hukum yang diterapkan adalah hukum Allah swt yang tak mungkin menyelisihi manusia.
Wallahu'alam Bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar