Opini
"Prank" Kado Manis untuk Guru dan Pendidikan Berkualitas
Oleh: Wida Nusaibah
(Pemerhati Dunia Pendidikan)
TanahRibathMedia.Com—Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Peribahasa tersebut menunjukkan betapa besar peran dan teladan seorang guru bagi kualitas muridnya secara khusus, dan bagi dunia pendidikan secara umum. Sayangnya, Kapitalisme justru mengerdilkan peran penting guru tersebut. Tak heran, murid saat ini tak berkualitas dan dunia pendidikan mengalami banyak persoalan yang tak kunjung ada solusinya. Bahkan, peringatan Hari Guru pun bak formalitas belaka, karena tak mampu menyelesaikan persoalan guru dan dunia pendidikan.
Peran penting guru adalah memberikan pembinaan dan memanfaatkan potensi terbaik dari setiap anak didiknya. Namun faktanya, guru justru dihadapkan pada berbagai persoalan pelik. Sebut saja gaji yang belum menyejahterakan, kurikulum maupun administrasi yang membingungkan, tekanan hidup yang berat, bahkan juga maraknya kriminalisasi terhadap guru yang menunjukkan guru tidak memiliki jaminan perlindungan.
Persoalan panjang terkait guru pun menjadi perhatian Presiden Prabowo Subianto yang menyatakan akan meningkatkan kesejahteraan guru. Hal itu disampaikan pada puncak peringatan Hari Guru di Velodrome Rawamangun, Jakarta Timur pada Kamis (28-11-2024). Tak pelak, pernyataan tersebut disambut meriah oleh para guru (Kompas.com, 29-11-2024).
Bak mendapatkan kado manis, karena diberikan harapan akan terwujud kesejahteraan guru dengan terbebasnya guru dari beban kehidupan yang berat dan biaya hidup yang mahal. Namun, apakah kesejahteraan guru akan benar-benar terwujud atau hanya sekadar fatamorgana?
Faktanya, gaji guru tidak diterima utuh. Sebab, ada banyak potongan gaji seperti iuran wajib pegawai, BPJS kesehatan, BPJS ketenagakerjaan, hingga pajak penghasilan. Belum lagi harga barang kebutuhan pokok yang terus naik seperti BBM, listrik, air, sembako, biaya pendidikan, kesehatan, biaya rumah, dll.
Kado manis peningkatan kesejahteraan guru tak ubahnya sebagai "prank". Sebab, kenaikan gaji maupun tunjangan guru akan terasa tak berarti akibat dibarengi dengan kenaikan biaya hidup yang lebih tinggi. Hal ini jelas menunjukkan tidak akan ada perubahan penting bagi kesejahteraan guru. Kalau kesejahteraan guru belum terwujud, maka kualitas pendidikan dan peserta didik juga akan sulit terwujud. Sebab, guru merupakan faktor penting dalam pembentukan kualitas pendidikan dan siswa.
Begitulah hasil dari tatanan kehidupan yang sudah jelas rusak, yakni Kapitalisme yang berakidahkan Sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan). Guru pun tak lepas menjadi korban sistem rusak itu. Mereka banyak yang kehilangan jati diri sebagai seorang guru. Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada pelaksanaan tugasnya, sehingga tidak dapat fokus dan optimal mendidik generasi. Banyaknya guru terjerat pinjol juga menjadi salah satu bukti nyata bahwa mereka masih jauh dari kesejahteraan.
Sistem hari ini juga menjadikan negara tidak berperan sebagai pengurus (raa'in), tetapi hanya sebagai regulator dan fasilitator. Belum lagi penerapan sistem ekonomi yang menjadikan pengelolaan SDA dikuasai individu, kelompok bermodal, bahkan asing, terjadi liberalisasi perdagangan, kapitalisasi layanan pendidikan dan kesehatan. Hal ini semakin menjauhkan dari terwujudnya kesejahteraan rakyat.
Kondisi tersebut jelas berbeda ketika tatanan kehidupan yang diterapkan adalah sistem kehidupan Islam. Telah terbukti ketika Islam diterapkan sebagai sebuah sistem kehidupan telah melahirkan generasi cemerlang, yakni generasi tangguh, berkepribadian Islam, dan berilmu pengetahuan. Itu karena sistem pendidikan Islam berbasis akidah Islam.
Dari generasi cemerlang tersebut lahirlah para guru yang berkualitas, berkepribadian Islam, memiliki kemampuan terbaik dan mampu mendidik anak didiknya dengan baik pula. Sebab, Islam sangat memuliakan para pemberi ilmu dan memahami tugas seorang guru sangat berat dalam mendidik generasi demi membentuk kepribadian Islam dan berilmu pengetahuan tinggi. Maka, Islam memberikan gaji tinggi dan jaminan keamanan dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam Islam, pemimpin adalah pengurus dan pelindung rakyat. Kesejahteraan rakyat akan benar-benar terwujud hingga tataran individu termasuk para guru. Sebab, pemimpin Islam akan memberikan mekanisme yang mudah dalam pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Negara Islam juga tidak akan membebani rakyat dengan berbagai pajak, memberikan kemudahan dan kelayakan fasilitas kesehatan dan pendidikan dengan biaya yang murah atau bahkan gratis.
Semua sumber pemasukan negara Islam dikelola oleh orang-orang yang amanah, karena mereka lahir dari sistem pendidikan Islam. Sumber daya alam juga tidak akan diserahkan kepada individu bermodal apalagi asing. Semua dikelola dengan baik oleh negara dan dimanfaatkan untuk rakyat. Dengan demikian, kesejahteraan hakiki akan terwujud, karena rakyat tidak dibebani biaya kehidupan yang tinggi.
Wallahu a'lam.
Via
Opini
Posting Komentar