Opini
Problematika Utama Umat Islam
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Masih berlarutnya persoalan Palestina bukan karena rumitnya permasalahan yang dihadapinya. Persoalan Palestina sebenarnya masalah cabang dari persoalan utama yang dihadapi umat Islam saat ini.
Pun beragamnya problematika di berbagai aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Krisis multidimensi ini tidak hanya dirasakan di negara-negara mayoritas Muslim, tetapi juga di komunitas Muslim yang hidup sebagai minoritas. Misalnya, muslim Uyghur di Cina dan Rohingya di Myanmar.
Akar Masalah Permasalahan Umat Islam
Jika kita mau berpikir secara cerdas dan mendalam, akan didapatkan sebuah pandangan utama dalam Islam yang menyatakan bahwa akar dari berbagai problematika tersebut atau qadhiyah asasiyah (masalah mendasar), yakni ditinggalkannya aturan Islam dalam kehidupan.
Sekularisme telah menjadikan kaum muslim menempatkan urusan ibadah kepada Allah sebatas rutinitas ritual, hilangnya rasa empati terhadap urusan kaum muslim dan munculnya sikap egois karena adanya sekat nasionalisme.
Setelah mengetahui akar masalahnya tersebut, selanjutnya adalah bagaimana merencanakan dakwah yang bersifat strategis yang menyangkut masalah kekinian atau qadhiyah mashiriyah (masalah strategis) umat yang tidak lain adalah dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam secara menyeluruh.
Sebagaimana diketahui, sejak runtuhnya Kekhilafahan Islam pada tahun 1924, umat Islam kehilangan otoritas politik yang mempersatukan dan menerapkan syariat Islam secara komprehensif. Hal ini mengakibatkan sekularisasi yang memisahkan agama dari kehidupan publik, sehingga aturan Islam terbatas hanya pada aspek ritual dan individu. Setidaknya ada dua dampak nyata dari kondisi ini, yaitu:
Pertama, hilangnya persatuan kaum muslim.
Dalam hal ini, menjadikan umat Islam kehilangan jati diri sebagai ummatan wahidah (umat yang satu) karena terpecah-pecah oleh nasionalisme dan sekat-sekat geopolitik. Persatuan yang didasarkan pada akidah Islam tergantikan oleh loyalitas kebangsaan.
Akibatnya sistem kapitalisme yang dominan menguasai dunia telah menciptakan ketimpangan sosial, eksploitasi sumber daya alam, dan krisis ekonomi global. Prinsip ekonomi Islam seperti pengelolaan zakat, larangan riba, dan distribusi kekayaan yang adil tidak diterapkan secara menyeluruh.
Kedua, adanya krisis kepemimpinan dan politik. Tidak adanya kepemimpinan Islam yang menerapkan syariat secara kaffah membuat umat bergantung pada sistem politik yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Hal ini menciptakan ketidakstabilan politik, konflik internal, dan mudahnya intervensi asing.
Selain itu, sistem kapitalisme menimbulkan adanya pergaulan masyarakat secara global tanpa filter yang menyebabkan umat Islam, terutama generasi muda, terpapar pada budaya yang merusak moral dan menjauhkan mereka dari nilai-nilai Islam.
Oleh sebab itu, upaya untuk melanjutkan kehidupan Islam akan terwujud hanya dengan cara mengembalikan peran Islam sebagai sistem hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan, baik individu, masyarakat, maupun negara. Tentunya, hal ini membutuhkan pemahaman dan implementasi Islam secara menyeluruh (kaffah), sebagaimana yang diperintahkan dalam Al-Qur'an:
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah: 208)
Langkah Dakwah Strategis
Untuk mewujudkan kehidupan Islam diperlukan adanya langkah-langkah dakwah strategis secara terstruktur dan istikamah oleh sebuah partai politik yang mengedukasi masyarakat melalui peningkatan pemahaman Islam secara utuh dan menyeluruh.
Umat Islam harus memahami Islam sebagai mabda atau ideologi yang maknanya akidah Islam sebagai akidah ruhiyah dan akidah siyasah karena melahirkan segala aturan mencakup seluruh aspek kehidupan, bukan sekadar agama ritual. Di sinilah pentingnya pendidikan Islam yang berbasis akidah harus menjadi prioritas utama.
Setelah itu, harus ada upaya menghilangkan sekat-sekat nasionalisme dan mempererat ukhuwah Islamiah di tingkat global melalui aktivitas politik dengan membongkar rencana jahat negara-negara penjajah. Persatuan umat hanya bisa diwujudkan dengan kembali pada tali agama Allah (hablullah).
Syariat Islam harus diterapkan secara menyeluruh, baik di level individu, masyarakat, maupun negara. Ini mencakup sistem ekonomi, politik, hukum, sosial, dan pendidikan yang berbasis Islam.
Oleh karena itu, institusi kepemimpinan Islam sangat diperlukan untuk menerapkan syariat secara kaffah dan melindungi kepentingan umat dari ancaman global. Khilafah adalah metode Rasulullah saw. dalam menjalankan pemerintahan yang berlandaskan syariat.
Dengan demikian, perjuangan untuk melanjutkan kehidupan Islam tentu tidak mudah. Umat Islam menghadapi berbagai tantangan, baik internal seperti lemahnya pemahaman dan perpecahan, maupun eksternal seperti hegemoni ideologi sekularisme dan tekanan geopolitik. Namun, keyakinan akan janji Allah Swt. dan Rasul-Nya memberikan harapan bahwa kebangkitan Islam adalah suatu keniscayaan.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi...” (QS. An-Nur: 55)
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar