Straight News
INDEF: Kondisi Ekonomi Indonesia Tidak Baik-baik Saja
TanahRibathMedia.Com—Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Dr. Rizal Taufiqurrahman menilai kondisi ekonomi Indonesia tidak baik-baik saja
"Jadi, siapkan sabuk pengaman, kencangkan ikat pinggang, perkuat daya tahan, karena kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja, justru makin parah," tuturnya kepada Tanah Ribath Media, Selasa (07-01-2025).
Menurutnya, berdasarkan data yang dirilis oleh BI, sejak Bulan Maret tahun 2024, tingkat inflasi terus terjadi penurunan, hingga bulan November 2024.
"Artinya sejak bulan Maret tersebut hingga November 2024 masih terjadi deflasi. Karena deflasi merupakan penurunan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu perekonomian selama periode waktu tertentu," ujarnya.
Hasil proyeksi inflasi Bulan Desember 2024, kata Rizal, dengan menggunakan model ARIMA (2.1.2), berdasarkan perhitungan data series tingkat inflasi bulanan dari Bank Indonesia, inflasi pada Desember 2024 diproyeksikan sebesar 1.47%.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa angka tersebut menunjukkan penurunan inflasi yang berkelanjutan, yang didukung oleh daya beli masyarakat dan stabilisasi ekonomi.
"Angka tersebut lebih rendah dari inflasi bulan November 2024 (1.55%). Hasil ini menunjukkan penurunan inflasi yang berkelanjutan, yang didukung oleh daya beli masyarakat melandai, kebijakan stabilisasi ekonomi, meskipun ada tantangan musiman pada akhir tahun," terangnya.
Deflasi terjadi, imbuhnya, ketika tingkat inflasi menjadi negatif (tren menurun), yang berarti harga-harga secara keseluruhan turun dibandingkan periode sebelumnya
Sebagai ekonom, Rizal menyampaikan beberapa faktor utama yang melandasi proyeksi inflasi. "Faktor utama yang melandasi proyeksi ini meliputi pola musiman konsumsi, kondisi harga komoditas global, kebijakan moneter, serta distribusi barang," tandasnya.
Kenaikan harga pangan dan energi global, sambungnya kembali, dapat memperbesar tekanan inflasi. Sementara kebijakan moneter ketat oleh Bank Indonesia, seperti suku bunga tinggi, dapat menahan laju inflasi. Selain itu, gangguan distribusi menjelang akhir tahun juga menjadi faktor risiko yang dapat memengaruhi inflasi Desember.
Ia juga menyampaikan bahwa secara umum deflasi bisa berdampak negatif, yaitu terbagi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
"Dalam jangka pendek, apabila tidak diiringi kenaikan daya beli atau pendapatan (akibat dari penurunan keuntungan perusahaan), akan terjadi peningkatan pengangguran, dan juga penundaan konsumsi karena ekspektasi harga akan terus turun," bebernya.
Terakhir ia menegaskan bahwa dampak jangka panjang dari deflasi adalah memperlambat pertumbuhan ekonomi. "Sedangkan, dampak jangka panjang, deflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.[] Novita Ratnasari
Via
Straight News
Posting Komentar