Opini
Kapitalisme Gagal, Gaza Butuh Solusi Islam
Oleh: Tsaqifa Nafi'a
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di Jalur Gaza makin meningkat akibat serangan brutal Israel yang tak henti hingga kini. Data yang disampaikan UNRWA menunjukkan bahwa setiap jam, satu anak Palestina kehilangan nyawa, dengan total lebih dari 14.500 anak tewas sejak serangan intensif dimulai pada 2023. Selain korban jiwa, anak-anak yang selamat menghadapi trauma fisik dan emosional serta kehilangan akses pendidikan dan harapan masa depan (Beritasatu.com, 25-12-2024).
Serangan Israel terus berlanjut meskipun ada seruan gencatan senjata dari Dewan Keamanan PBB. Hingga kini, lebih dari 45.300 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, telah tewas dan lebih dari 107.700 lainnya terluka. Situasi ini memicu perhatian internasional, termasuk langkah Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Situasi di Gaza, terutama yang dialami oleh anak-anak, semakin mengenaskan. Ribuan jiwa melayang, infrastruktur hancur, dan generasi muda Gaza terancam kehilangan masa depan. Di tengah penderitaan ini, kaum Muslim tidak bisa berharap pada dunia internasional, termasuk para pemimpin mereka. Para pemimpin Muslim kerap menjadikan isu Palestina hanya sebagai alat pencitraan, sementara solusi yang diambil, seperti konsep dua negara yang digagas Barat, jelas tidak mampu menyelesaikan akar masalah konflik ini.
Fenomena ini menjadi saksi nyata kegagalan sistem internasional dalam memberikan keadilan. Namun, lebih dari sekadar kegagalan teknis, masalah ini berpangkal pada sistem kapitalisme yang menjadi dasar tatanan global saat ini. Sistem ini tidak hanya abai terhadap nilai-nilai kemanusiaan, tetapi juga secara sistemik mendukung ketidakadilan yang melanggengkan penjajahan dan penindasan.
Kapitalisme adalah sistem yang berorientasi pada keuntungan materi dan kekuasaan. Dengan asas manfaat sebagai pedoman, kapitalisme mengabaikan prinsip keadilan hakiki. Kepentingan negara-negara kuat menjadi prioritas, sementara nasib kaum tertindas seperti rakyat Palestina dipinggirkan. Lembaga-lembaga internasional, yang seharusnya menjadi penjaga keadilan, justru tunduk pada kekuatan kapitalisme global. Inilah sebabnya mengapa berbagai resolusi dan perjanjian internasional tidak pernah berpihak kepada Palestina.
Lebih buruk lagi, kapitalisme memberikan legitimasi kepada penjajah Zionis untuk melanggengkan kekuasaannya di tanah Palestina. Dengan dukungan politik, ekonomi, dan militer dari negara-negara kapitalis besar, Israel mampu melakukan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk pembantaian anak-anak di Gaza, tanpa khawatir akan sanksi yang berarti. Dalam sistem ini, darah dan nyawa rakyat Palestina hanya dipandang sebagai statistik yang tidak mengancam dominasi kekuasaan global.
Kapitalisme juga menciptakan ilusi solusi dengan konsep-konsep seperti solusi dua negara. Padahal, pendekatan ini hanya memperkuat posisi penjajah Zionis semakin mencengkeram Palestina. Solusi ini tidak pernah menyentuh akar masalah, yaitu penjajahan dan penghancuran identitas Islam di tanah Palestina.
Yang menyedihkan, banyak pemimpin Muslim juga terjebak dalam sistem kapitalisme ini. Mereka lebih sibuk menjaga hubungan dengan kekuatan Barat daripada memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Isu Palestina sering digunakan hanya sebagai alat pencitraan politik, tanpa upaya nyata untuk membebaskan tanah suci tersebut. Akibatnya, kaum Muslim terpaksa menyaksikan penderitaan Gaza terus berlanjut, sementara penguasa mereka diam atau bahkan berkolaborasi dengan sistem yang menindas saudara seiman mereka.
Oleh karena itu, kaum Muslim tidak bisa lagi berharap pada sistem kapitalisme untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka harus memiliki agenda sendiri yang bersumber dari akidah Islam. Hanya dengan menyatukan pemikiran dan perasaan umat Islam, serta menggerakkan pemuda-pemuda di Timur Tengah untuk melawan rezim-rezim tiran, Palestina bisa dibebaskan.
Perjuangan ini tidak cukup dengan semangat semata; diperlukan partai politik ideologis yang memahami akar masalah dan memiliki visi perjuangan yang jelas. Para pemuda Muslim harus diarahkan untuk menuntut tegaknya Khilafah sebagai sistem pemerintahan yang akan mempersatukan umat Islam di bawah satu kepemimpinan. Khalifah yang diangkat nantinya akan menjadi pelindung bagi seluruh umat Islam, mengakhiri penderitaan Gaza, dan melawan ketidakadilan kapitalisme global.
Inilah jalan menuju keadilan hakiki, sebuah keadilan yang hanya bisa terwujud dengan Islam sebagai ideologi dan sistem kehidupan.
WaAllahu a'lam bi ash-shawwaab
Via
Opini
Posting Komentar