Opini
Mencari Titik Temu: Gen Z, Perubahan, dan Tantangan Kesehatan Mental
Oleh: Salsabila Isfa Ayu K
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Rapuh, itulah yang menggambarkan kondisi gen z hari ini. Generasi yang diharapkan 10-20 tahun ke depan menjadi pemimpin umat, nyatanya hari ini sedang tidak baik-baik saja. Mereka tengah menghadapi krisis paruh baya (middle life crisis) lebih awal dari yang seharusnya. Kondisi ini merupakan fenomena tekanan mental pada usia muda, yang telah di akui oleh psikolog dan penelitian.
Berdasarkan survey I-NAMHS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) yang dilakukan pada tahun 2022, tentang kesehatan mental remaja di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, dan satu dari dua puluh remaja didiagnosis dengan gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Hal ini setara dengan sekitar 15,5 juta remaja yang mengalami masalah kesehatan mental dan sekitar 2,45 juta remaja yang didiagnosis dengan gangguan mental.Tak hanya itu, menurut data dari Kementerian Kesehatan RI jumlah kematian akibat bunuh diri terus mengalami kenaikan terutama dari kalangan pemuda atau remaja. Seringkali penyebabnya adalah depresi, tekanan sosial, dan kecemasan.
Tentu ini menjadi permasalahan yang cukup serius, karena pemuda adalah pilar utama dalam membangun sebuah perubahan. Bagaiamana masa depan bangsa, jika kualitas generasi muda hari ini rapuh?
Kerapuhan generasi muda hari ini, termasuk gen z yang banyak menghadapi masalah mental health, depresi hingga berujung pada bunuh diri merupakan buah dari penerapan sistem kehidupan sekularisme. Sekularisme telah menjadikan pemuda jauh dari agamanya dan memaknai Islam dalam arti yang sempit. Mereka tidak memaknai Islam sampai pada taraf menjadikan Islam sebagai the way of life, sehingga mereka tidak memiliki pondasi yang kuat dalam menjalani kehidupan. Mereka mudah rapuh dan tidak mampu menyeimbangkan diri dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
Di sisi yang lain, terdapat serangan-serangan eksternal yang semakin memperburuk keadaan. Mereka yang dari awalnya memang telah rapuh, akibat serangan ini semakin rapuh. Setidaknya, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab serangan eksternal ini.
Pertama, aspek ekonomi. Dalam sistem sekularisme-kapitalisme hari ini, kekayaan hanya terkonsentrasi pada kapital atau pemilik modal. Sehingga kekuatan ekonomi hanya berpusat pada segelintir orang. Ibarat hukum rimba, yang kuat semakin kuat dan menggerogoti yang lemah. Kondisi ini menimbulkan kesenjangan ekonomi, lingkar kemiskinan, dan kesulitan ekonomi semakin menghimpit. Kondisi ini menyebabkan tekanan berat bagi masyarakat menengah ke bawah.
Kedua, sistem sekularisme telah menumbuhsuburkan budaya materialisme dan hedonisme yang menawarkan kebahagiaan palsu. Kebahagiaan yang disandarkan pada pencapaian materi dan status. Budaya ini menjadikan pemuda akan berlomba-lomba mencapai kebahagiaan itu, bagaimanapun caranya mereka tidak peduli resikonya. Maraknya kasus judi online dan terbak pinjol di kalangan pemuda adalah salah satu bukti bahwa budaya hedonisme telah mendorong pemuda mengambil keputusan impulsif, mengabaikan konsekuensi jangka panjang demi mencari kesenangan instan.
Ketiga, distruksi teknologi. Keberadaan teknologi dalam asuhan sistem sekularisme justru banyak membawa dampak negatif bagi penggunanya. Terlebih, gen z adalah generasi yang sangat lekat dengan teknologi dan penggunaan media sosial. Di mana, media sosial yang lebih banyak menampakkan "kesempurnaan hidup" atas pencapaian, kesuksesan, dan kebahagiaan. Hal ini akan mendorong gen z membandingkan hidupnya dengan orang lain, yang dapat memicu kecemasan, stress, dan depresi.
Keempat, disharmonisasi keluarga. Serangan ini juga menjadi penyebab yang paling banyak memberi tekanan bagi gen z hari ini. Rumah yang diharapkan sebagai tempat untuk pulang justru menjadi sumber tekananan psikis bagi mereka. Penyebabnya cukup kompleks, namun akar dari banyaknya ketidakharmonisan dalam rumah tangga lagi-lagi karena sistem sekularisme hari ini.
Kelima, aspek pendidikan. Pendidikan hari ini, yang menuntut pelajar untuk berprestasi secara akademik. Mereka terus dituntut untuk bisa memiliki nilai-nilai bagus di atas kertas. Melupakan bahwa memperbaiki kepribadian Islam itu juga penting. Mereka dituntut untuk berlomba-lomba mencari nilai materi, menjadikan mereka ambis. Pendidikan yang terlalu fokus pada keberhasilan nilai di atas kertas, prestasi tanpa memberi ruang untuk penguatan karakter dan kepribadian, seringkali menjadi sumber tekanan yang besar pada gen z. Mereka merasa harus selalu sempurna dalam akademik, agar dapat diterima oleh guru, orang tua, dan lingkungan sekitarnya.
Kondisi seperti ini yang menjadi lingkaran api bagi permasalahan kesehatan mental pada gen z. Secara individu mereka dibuat rapuh, ditambah dengan serangan-serangan dari luar yang memberikan tekanan luar biasa bagi mereka. Menjadikan mereka semakin rapuh.
Bagaiamana pemuda gen z bisa menjadi harapan bangsa, jika hari ini mereka masih terjebak dalam permasalahan permasalahan individual?
Penting untuk menciptakan pemuda Muslim yang tangguh dan kokoh. Gen z harus mengenal Islam secara benar, karena pemaknaan Islam yang benar akan mengantarkannya pada kesimpulan yang benar. Kesimpulan bahwa Islam adalah the way of life, ketika mereka yakin bahwa Islam adalah satu-satunya jalan hidup, mereka akan mampu menciptakan kondisi ruhiyah yang baik. Keimanan mereka yang kuat dan mereka yang selalu dekat dengan Allah.
Kondisi ruhiyah yang baik akan menjadikan mereka lebih stabil dalam mengelola emosi, lebih kuat dalam menjadi ujian hidup, dan selalu optimis, karena keyakinan mereka bahwa semua atas kehendak Allah dan bagian dari rencanya-Nya. Untuk mencapai pada kondisi ini, gen z perlu mengkaji Islam secara benar dan kaffah atau menyeluruh.
Namun tidak cukup hanya itu, pengkajian Islam secara kaffah juga akan mendorong gen z menyalakan ghiroh perubahan. Perubahan untuk memperbaiki permasalahan hari ini yang begitu kompleks, tersebab penerapan sistem sekularisme kapitalisme. Di sinilah pemuda Muslim akan sadar, bahwa ada permasalahan yang lebih urgent yang menanti perannya. Gen z harus naik level. Ia tidak boleh hanya fokus pada dirinya sendiri. Ia harus segera selesai dengan dirinya sendiri dan mulai memikirkan umat. Karena mereka punya peran besar sebagai agent of change, menuju perubahan yang hakiki.
Pemahaman bahwa Islam sebagai the way of life, tidak cukup hanya pada dirinya. Melainkan wajib untuk umat Muslim seluruhnya. Maka ghiroh perubahan itu adalah ghiroh perjuangan untuk menerapkan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.
Gen z harus memahami bahwa perjuangan ini hanya dapat dilakukan dengan jalan dakwah. Dakwah untuk menyatukan pemikiran umat, bahwa umat butuh Islam untuk bangkit dalam keterpurukan dan kerapuhan. Peran ini juga mengharuskan para pemuda muslim untuk melek politik, bukan alergi atau bahkan anti politik. Karena dakwah ini adalah dakwah politik, sebagaimana tuntunan Rasulullah saw. Dengan Islam umat kuat dan dengan Islam umat terjaga kewarasannya.
Bangkit dan bangunlah generasi muda, untuk tegaknya Islam!
Via
Opini
Posting Komentar