Opini
Rempang Kembali Menangis, ke Mana Perginya Janji Manis saat Dilantik?
Oleh: Nora Afrilia, S. Pd
(Penulis dan Pemerhati Kebijakan)
TanahRibathMedia.Com—Luka terus menggerus masyarakat Rempang. Bak ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Begitu sakit yang mereka hadapi meski kursi kepemimpinan negara telah berganti orang.
Kembali terjadi peristiwa penyerangan terhadap warga Rempang pada 18 Desember 2025 pukul 05.00 WIB. Dilaporkan oleh kelompok masyarakat sipil, ada beberapa posko milik warga yang dirusak oleh segerombol orang yang diduga bagian dari PT MEG (Mega Elok Graha) yakni posko di Kampung Sembulang Hulu, dan posko di Kampung Sei Buluh, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang.
Tercatat sedikitnya 8 orang warga mengalami luka berat dan ringan, akibat penyerangan tersebut. Terdapat empat orang warga mengalami luka sobek di bagian kepala, satu orang warga luka berat, satu orang warga terkena panah, satu orang warga patah tulang tangan, dan satu warga lainnya luka ringan (betahita.id, 19-12-2024).
Sungguh ironi, karena peristiwa ini padahal disaksikan oleh pihak kepolisian. Namun mereka seolah tidak punya taring dalam menyelesaikan persoalan penyerangan ini. Seolah pihak pengusaha lebih kuat dibandingkan keamanan negara. Dalam penyerangan dan penganiayaan ini, juga terdapat remaja dan lansia yang juga tidak luput dari penyerangan. Dengan adanya peristiwa ini mencerminkan pembiaran oleh negara. Realitanya, saat pelantikan presiden terpilih menyampaikan visi-misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menjanjikan perlindungan HAM, penghormatan terhadap budaya lokal, dan penegakan hukum.
Berdasarkan data Konsorsium Pembaruan Agraria, dalam kurun waktu dua tahun terakhir (2023 - 2024), setidaknya terjadi delapan kasus intimidasi, kekerasan dan upaya perampasan tanah masyarakat Rempang. Dari peristiwa tersebut, sedikitnya 44 orang mengalami kriminalisasi, 51 orang mengalami tindak kekerasan dan satu orang tertembak.
Presiden Prabowo dalam pidato pelantikannya pada 20 Oktober 2024 lalu, menyampaikan dengan tegas bahwa kekuasaan adalah milik rakyat, dan rakyat harus bebas dari ketakutan, kemiskinan, serta penindasan. Realitanya, kebijakan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City yang memicu pengusiran paksa serta eksploitasi sumber daya di Pulau telah mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, tradisi, dan budaya lokal mereka.
Sumber daya laut dan tanah yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat kini terancam hilang akibat eksploitasi berlebihan (m.goriau.com, 21-12-2024).
Watak Jahat Pemimpin di Sistem Kapitalis
Sistem sekularisme membuat seorang manusia terlupa. Karena iming-iming materi yang telah dan akan diraih. Menjadikan setiap amal berimbas pada hasil sebatas materi. Materi bisa berupa uang, popularitas, dan kekuasaan. Sehingga wajar setelah mendapatkan kedudukan yang diinginkannya manusia itu seolah lupa dengan janjinya sebelum berkuasa.
Islam tidak membiarkan watak seperti ini pada seorang pemimpin. Berbeda jauh pemimpin sekuler Kapitalis dengan islam. Terutama dilihat dari asas mereka memimpin. Nilai-nilai sosial yang mereka ingin capai. Semuanya berseberangan.
Kalau dalam sistem saat ini, ideologi kapitalis sekuler mengatur pemimpin hari ini mengatur negeri-negeri dengan akal. Seperti ingin menerapkan asas HAM secara utuh di negeri ini. Realitanya, ketika dia menjabat, seolah hanya bisa menyaksikan, tanpa bersegera memerintahkan penangkapan kepada pihak swasta yang menganiaya rakyatnya. Berarti HAM yang dibela adalah HAM yang kuat modal. Ini karena landasan mereka memimpin adalah materi. Karena negara hanya sebagai regulator penyelesai masalah antar rakyat yang bersengketa.
Jikalau dia menerapkan kekuasaan dengan sistem Islam. Tentu dia akan mendahulukan rasa takut kepada Allah Swt. ketika ada rakyat yang terzalimi. Bahkan sampai pada adanya warga yang tewas. Janji penegakkan keadilan seolah hanya ilusi. Rakyat diberikan janji-janji kesejahteraan dengan hal-hal kecil. Seperti akan diberikan jaminan ganti rugi akibat dibangunkannya proyek Eco City oleh PT MEG.
Padahal hal mendasar bagi sebuah negara yang harus dijaga adalah kelestarian alam negeri. Agar tidak banyak terjadi bencana dan kezaliman kepada rakyat.
Watak Baik Pemimpin dalam Sistem Islam
Penting untuk kita ketahui bersama untuk menjadi pemimpin dalam skala besar tentu tidak mudah. Memimpin negara dan beberapa wilayah lainnya. Maka butuh modal terbaik yang harus dia pegang untuk menggapai keridhoan penciptanya.
Pegangan utama seorang pemimpin adalah keteladanan kepada Rasulullah. Maka tak akan ada masalah yang berarti ketika sudah mengerahkan kekuatan dan kemampuan kita ketika sudah mencontoh kekasih Allah, suri tauladan yang baik.
Qur'an surah Shad ayat 26 yang berbunyi:
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ ࣖ ٢٦
Artinya: "(Allah berfirman,) "Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan."
Kita diberi Allah modal akal dan hati untuk memikirkan masalah orang yang dipimpin. Ketika kita sandarkan akal kita untuk memikirkan segala persoalan kehidupan dengan pondasi Aqidah Islam, yang merujuk kepada sumber-sumber hukum Islam menunjukkan makna bahwa kita mencontoh kepada Rasulullah.
Mampu mengelola hati kita terpaut dengan apa yang telah kita pikirkan, sehingga nantinya bersegera untuk melaksanakan penerapan Islam berarti kita juga telah memiliki pola sikap Islami.
Sikap terbaik bagi seorang pemimpin adalah mendahulukan rakyatnya, ketika sudah berhadapan dengan kepentingan pribadinya. Maka, di mana lagi kita mampu mendapatkan pemimpin dengan watak baik seperti kualitas para sahabat Nabi? Kalau bukan dari didikan akidah Islam.
Via
Opini
Posting Komentar