Opini
Saydnaya, Penjara Rasa Rumah Jagal Manusia
Oleh: Fatmah Ramadhani Ginting S.K.M.
[Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok]
TanahRibathMedia.Com—Awal Desember 2024 tepatnya tanggal 8, perhatian dunia tertuju pada Suriah setelah rezim Bashar al-Assad digulingkan. Kita dapati kabar sampai hari ini ribuan warga Suriah mendatangi salah satu penjara militer terbesar Saydnaya untuk mencari keluarganya yang hilang belasan hingga puluhan tahun yang lalu.
Kantor berita Associate Pressed dan Reuters melaporkan, di penjara Saydnaya terdapat ribuan tahanan militer yang mendapat perlakuan diluar kemanusiaan. Foto-foto tahanan yang tampak kurus kering bahkan terlalu lemah untuk berjalan keluar sel telah tersebar ke seluruh dunia. Mereka disiksa hingga linglung, kehilangan ingatan dan berakhir dengan penampilan yang sangat menyedihkan. Banyak warga sipil yang menggali lubang-lubang di penjara untuk mencari sel-sel tersembunyi di berbagai ruang bawah tanah. Horor di Saydnaya sudah lebih dari tiga dekade menghantui rakyat Suriah.
Saydnaya adalah penjara militer, terkenal sebagai rumah jagal manusia. Sulit membayangkan bagaimana Suriah sebagai negeri Muslim dengan penduduk mayoritas Muslim, namun rezim militer berlaku begitu kejam terhadap rakyat, khususnya lawan-lawan politiknya.
Banyak lembaga termasuk lembaga Amnesti Internasional dan kelompok-kelompok HAM mengatakan, puluhan orang dieksekusi secara diam-diam setiap minggunya di Saydnaya. ADMSP meyakini lebih dari 30.000 tahanan dieksekusi atau meninggal akibat disiksa dan kurang mendapat perawatan medis atau makanan selama lebih dari 7 tahun, antara 2011 dan 2018.
Bahkan di penjara ini juga terdapat tahanan perempuan. Salah satu penulis blog perempuan masih berusia 19 tahun saat ditangkap dan dijebloskan ke Saydnaya. Dia sudah berada di penjara selama 15 tahun hingga kini usianya hampir 34 tahun. Wanita ini dipenjara karena aktif menyuarakan protes terhadap pemerintahan Bashar Assad. Bahkan tindakan keji seperti pemerkosaan, kekerasan seksual, penghilangan paksa, pemenjaraan, penyiksaan, dan tindakan tidak manusiawi lainnya terjadi di sini.
Keberadaan krematorium di dalam penjara Saydnaya diungkap oleh Amerika Serikat sebagai tempat sisa-sisa ribuan tahanan yang dibunuh dengan cara dibakar. Selain itu masih menurut ADMSP yang menerbitkan laporan untuk pertama kalinya, menjelaskan keberadaan kamar mayat darurat, terbuat dari garam di dalam Saydnaya. Laporan itu menyebut kamar garam pertama dibangun pada 2013 digunakan sebagai kamar mayat darurat untuk mengatasi kekurangan fasilitas pendinginan.
Wajar dengan tergulingnya rezim Bashar Assad membuat masyarakat Suriah merasa sangat euforia. Setelah puluhan tahun akhirnya mereka kembali merasakan udara kebebasan. Hari ini rezim otoriter itu sudah kabur melarikan diri keluar Suriah. Peristiwa ini disambut dengan gegap gempita oleh rakyat. Disinyalir ini menjadi salah satu indikator positif, bahwa rakyat Suriah akan lepas dari penjajahan oleh orang dari 'kulit sejenis'.
Episode demi episode memilukan yang terjadi di penjara Saydnaya telah membuka mata dunia bahwa penjara yang sangat kejam tidak hanya ada di negara-negara kafir Barat. Penjara hidup paling kejam di dunia tidak hanya di Guantanamo saja. Ternyata di negeri Muslim juga terdapat penjara yang dibangun oleh rezim yang sama kekejamannya dengan orang kafir dalam memperlakukan umat Muslim.
Terdapat informasi yang tidak banyak diketahui, di dalam 'rumah jagal' Saydnaya ini terdapat kekejaman lebih khusus. Hal 'istimewa' atau perlakuan lebih khusus tersebut adalah rezim Assad sangat selektif untuk mengelompokkan mereka yang ditangkap sebagai tahanan politik. Yaitu mengelompokkan orang-orang yang mempunyai sikap kritis terhadap rezim, orang-orang yang membuka mata publik dan terus bersuara agar masyarakat menjaga kesadaran perjuangan penegakkan syariat. Rezim Assad juga piawai mengklasifikasikan orang-orang yang melaksanakan kewajiban ke tengah kaum Muslimin untuk melawan kemungkaran, menolak kezaliman, dan seterusnya.
Setelah Bashar al-Assad digulingkan, penjara Saydnaya dibuka dan tahanan-tahanan dilepaskan. Namun ternyata tidak sesederhana itu. Tidak semua tahanan dapat menghirup udara kebebasan. Inilah akibat dari levelling atau pengelompokkan tahanan-tahanan politik yang dianggap tidak boleh dilepas walaupun rezimnya telah berubah.
Intinya, sekali pun penjara tempat jagal manusia telah dibuka dan kekejian di dalamnya diyakini tidak akan berulang, bukan berarti di sana ada jaminan kepemimpinan baru yang ke depannya akan membawa umat Islam pada kondisi yang lebih baik.
Keberadaan penjara bengis seperti ini jelas sangat bertentangan dengan syariat Islam. Syariat mengajarkan bagaimana orang-orang yang dipenjara tetap harus diperlakukan dengan baik. Apalagi jika yang dipenjara adalah ulama-ulama lurus yang ditahan karena perbedaan pendapat dengan rezim sebagaimana yang terjadi di Suriah. Walau status sebagai tahanan, sudah sepantasnya mereka tetap memiliki hak untuk diperlukan dengan baik, bukan seperti yang dilakukan oleh rezim Asad ini.
Akhirnya Allah jugalah yang mengakhiri kedudukan rezim bengis lagi otoriter klan Assad. Mereka hancur dan dihinakan di dunia, juga pastinya terhina hingga akhirat. Tugas kita belum selesai, kita harus terus mengawal dan mengawasi perubahan politik Suriah, agar rezim tangan besi sebelumnya tidak terulang kembali.
Wallahu'alam.
Via
Opini
Posting Komentar