Opini
Ujung Derita Palestina adalah Tegaknya Daulah Islam
Oleh: Suci Halimatussa'diah
(Ibu Pemerhati Umat)
TanahRibathMedia.Com—Nyawa tak berharga. Begitulah gambaran penduduk Palestina sejak puluhan tahun silam hingga saat ini. Gempuran baik udara maupun darat ditumpahkan zionis Yahudi tanpa pandang bulu. Perempuan, anak-anak, orang tua, semua menjadi korban kekejian mereka. Semua fasilitas pun tak luput mereka hancurkan tanpa ampun.
Sekolah-sekolah, rumah sakit, kamp-kamp pengungsian porak-poranda rata dengan tanah. Lalu kapan derita penduduk Palestina ini akan berakhir? Pertanyaan yang menelisik relung hati kita.
Agresi Zionis Yahudi
Kengerian di tanah Palestina masih terus terjadi. Dikutip dari kompas.com (4-01-2025), dalam 24 jam terakhir di awal tahun ini setidaknya 62 warga Palestina tewas akibat serangan udara zionis Yahudi. Serangan tersebut terjadi pada Sabtu dini hari yang mengenai rumah keluarga Al-Ghoula di Gaza, hingga menewaskan 12 orang, yang sebagiannya merupakan anak-anak. Data Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan korban tewas dalam tiga bulan terakhir mencapai 45.700 orang bahkan lebih.
Sementara menurut Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS), lebih dari 55.000 orang tewas, 11.000 orang masih hilang dan sekitar 100.000 warganya telah meninggalkan Gaza. Populasi Gaza menurut PCBS diperkirakan telah turun 6 persen, sehingga menjadi 2,1 juta saja sejak terjadi serangan dari Zionis Yahudi 7 Oktober tahun lalu. (detiknews.com, 6-01-2025)
Lembaga Internasional seperti PBB menengahi agar melakukan gencatan senjata, tetapi nyatanya zionis Yahudi tidak hentinya melakukan serangan. Di tengah kondisi seperti itu, negeri-negeri Muslim hanya mampu mengecam dan mengutuk. Bahkan saat Netanyahu dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Internasional, dia tetap bebas melenggang karena negara-negara sekutu melindunginya dengan menolak keputusan pengadilan internasional tersebut.
Umat Islam Tercerai-berai
Melihat kondisi Palestina saat ini, memberikan gambaran kenyataan yang tampak. Kebiadaban zionis Yahudi yang tidak manusiawi. Mereka bisa dengan mudah menyudahi hidup warga sipil tanpa merasa bersalah. Layaknya pembunuh berdarah dingin, zionis Yahudi selama puluhan tahun telah dengan sadis membunuhi penduduk Palestina tanpa ampun.
Seluruh mata di dunia telah menyaksikannya dengan nyata. Maka jelas, zionis Yahudi adalah penjahat perang yang sesungguhnya dan seharusnya dilenyapkan dari muka bumi. Di sisi lain, kondisi ini pun memperlihatkan pada dunia betapa lemahnya negeri-negeri kaum Muslim. Sekali pun mereka mempunyai kekuatan militer yang bagus, persenjataan yang lengkap dan canggih, tetapi mereka ciut tak berkutik di hadapan zionis dan sekutunya.
Sangat menyedihkan mendapati kenyataan ketika para penguasa Muslim telah terjebak dalam paham nasionalisme. Mereka tidak lagi mengenali kaum muslim di Palestina sebagai saudara seakidah yang seharusnya mereka bela, kini justru sebaliknya mereka hanya fokus pada kekuasaannya. Para penguasa Muslim pun tidak malu ketika berjabat tangan, menjalin persahabatan dengan para kafir penjajah.
Inilah dampak nyata dari lunturnya pemikiran Islam yang murni. Kemudian, jelas kita bisa melihat betapa lemahnya umat Islam di dunia. Dengan jumlah umat Islam hari ini sebanyak 2.022.133.798, kaum muslim tidak mempunyai power untuk membela saudara seakidahnya di Palestina, begitu pula di negeri-negeri lainnya yang mengalami penindasan.
Berjuang Melanjutkan Kembali Kehidupan Islam
Miris, ketika melihat kondisi yang tengah dialami kaum muslim saat ini. Walaupun Amerika Serikat telah mengumumkan gencatan senjata, tetapi solusi hakikinya bukan itu. Fakta sejarah berkata, dahulu Islam pernah menduduki dua per tiga dunia selama 14 abad lamanya. Kegemilangan tersebut terlihat jelas, salah satunya pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Kala itu umat Islam mampu menunjukkan taringnya, mereka menguasai Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, dan sebagian besar wilayah Persia dan Mesir.
Selama sepuluh tahun kepemimpinannya, Umar bin Khattab juga berhasil menaklukkan wilayah Damaskus, Aleppo, Horn, Antiokia, Irak di Nahawan, Persia di Cadisia, dan Baitul Maqdis. Luasnya kekuasaan tersebut juga telah memberikan pengaruh yang besar terhadap penyebaran Islam ke seluruh dunia (Wikipedia). Maka, tampaklah kaum muslim akan kembali memiliki kekuatan jika berada dalam satu kepemimpinan.
Terutama saat kaum muslim menjadikan kedaulatan di tangan syarak dan menjadikan hukum-hukum-Nya sebagai satu-satunya sistem kehidupan. Akidah Islam dijadikan sebagai asas sistem kehidupan dan dakwah serta jihad sebagai metode dalam menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia.Tentu semua akan terwujud dalam sebuah sistem yaitu institusi Khilafah.
Gencatan senjata dalam kondisi saat ini tidaklah tepat karena nyatanya zionis tetap melakukan serangan. Namun, yang jelas terjadi adalah terhentinya jihad fi sabilillah. Kelak bila ada institusi Khilafah, gencatan senjata permanen tidak akan diterapkan. Sebagai benteng pertahanan tersebut dan seruan jihad fi sabilillah dari sang pemimpin umat (khalifah) maka kaum muslim tidak akan gentar melawan siapa pun musuh di hadapannya.
Untuk mewujudkan kekuatan tersebut umat butuh dibangun kembali kesadarannya. Yakni kesadaran bahwa Islam adalah sistem kehidupan bukan sekadar ibadah ritual. Islam hadir untuk dijadikan aturan baik untuk individu, masyarakat, maupun negara. Inilah pemahaman yang sudah dikubur oleh kafir penjajah lewat pemikiran sekularisme.
Ketika masyarakat telah sadar, pemikirannya akan mendorong diri mereka untuk sama-sama berjuang mengembalikan kehidupan Islam. Dengan begitu kaum muslim akan kembali meraih kemenangan. Palestina maupun kaum muslim lainnya pun akan mampu dibebaskan dari kesengsaraan hidup yang selama ini seakan tidak berujung.
Wallahualam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar