Opini
Bunuh Diri jadi Solusi ala Kapitalisme?
Oleh: Ayu Septia
(Santri Ideologis)
TanahRibathMedia.Com—Dilansir dari Detik.com (21-01-2025), seorang remaja perempuan nekat melompat dari jembatan Jurug A atau jembatan lama dan menceburkan diri ke Bengawan Solo, Jebres. Beruntung korban berhasil diselamatkan dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit dr. Moewardi, Solo. Dari pantauan detikjateng, korban masih berusia remaja, Beruntung nyawa korban berhasil diselamatkan oleh tim SAR, korban di larikan dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.
Fenomena bunuh diri sudah tidak asing lagi di telinga kita bahkan banyak terjadi di kalangan remaja. Peristiwa kali ini tidak merugikan orang lain tetapi merugikan diri sendiri yaitu bunuh diri. Mental pemuda sekarang mudah putus asa dan tidak berfikir masa depannya bagaimana? Seperti yang dilakukan oleh remaja perempuan itu, menurutnya bunuh diri atau mengakhiri hidupnya merupakan solusi terakhir. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali saja tetapi sudah beberapa kali bahkan jika ditelusuri sebab pelaku melakukan bunuh diri adalah karena dibuli atau mendapat perlakuan keras sehingga ia tidak dapat menahan dan melampiaskannya dengan cara bunuh diri.
Faktanya banyaknya kasus bunuh diri menunjukkan adanya kesalahan dari faktor individunya yang berfikir dangkal serta tidak adanya ikatan yang kuat dari dirinya terhadap Sang Pencipta serta tidak mencari solusi yang tepat. Di samping itu juga ada faktor lain yaitu negara yang tidak memberikan pendidikan yang berbasis syariat serta tidak ditanamkan pada masing-masing individu yaitu kepribadian Islam. Masa remaja yang masih labil juga mudah terombang-ambing pemikirannya. Mereka dalam mencari jati dirinya berbeda-beda ada yang dengan melampiaskan naluri nau (berkasih sayang) dengan pacaran dan lain-lain.
Tidak lain peristiwa yang terjadi disebabkan penerapan sistem kapitalisme yang berasas sekularisme yaitu memisahkan agama dari kehidupan yang melahirkan generasi bermental lemah dan mudah putus asa. Entah perbuatan itu dilarang atau tidak oleh syara, mereka melakukannya tanpa ada rasa malu. Pemikiran pemuda sekarang adalah “terserah aku melakukan apa pun yang penting aku bahagia”. Serta tidak adanya bimbingan untuk generasi saat ini, pemerintah juga tidak mengurus rakyatnya dengan baik dan adil. Mereka sibuk dengan kesibukan yang tidak berkaitan dengan pengurusan rakyat.
Sangat tampak perbedaan yang signifikan antara penerapan sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Jika kita menerapkan sistem Islam di tengah-tengah kehidupan maka tidak didapati kejadian tersebut karena pemuda dididik dengan pendidikan yang sesuai jalur syariat. Potensi pemuda juga disalurkan untuk hal yang bermanfaat sehingga mewujudkan generasi emas yang taat kepada Allah. Tidak heran jika sistem Islam banyak mencetak dan melahirkan pemuda yang cemerlang mereka tidak bermental seperti pemuda zaman sekarang. Itu semua hanya terwujud kembali jika kita menerapkan sistem Islam di bawah naungan Khilafah.
Wallahualambisshawab.
Via
Opini
Posting Komentar