Opini
Generasi Emas Tak akan Terwujud bila Mental Generasinya Hancur
Oleh: Fenti
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Hasil survei dari Indonesia National Adolescent Mental Health Survey pada tahun 2024 sekitar 15,5 juta remaja menderita kesehatan mental sangat tinggi. Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, Wakil Menteri Kementerian Kependudukan mengatakan bahwa generasi muda saat ini menghadapi tantangan isu kesehatan mental di kalangan remaja. Padahal Indonesia adalah negara yang besar dimana penduduknya adalah modal dasar dari pembangunan itu sendiri.
Ratu Ayu pun menyoroti turunnya angka pernikahan, karena banyak kalangan muda yang takut menikah. Dan hasil survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2022 yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) 8,2 persen atau 72.000 wanita memutuskan untuk menjalani hidup tanpa anak.
Beberapa faktor yang menyebabkan terpaparnya kesehatan mental di antaranya adalah media sosial. Di kalangan remaja dalam menggunakan media sosial yang berlebihan menjadikan pengaruh buruk dalam kesehatan mental. Penggunaan media sosial berlebihan menimbulkan sejumlah resiko.
Hastuti Wulanningrum Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menjelaskan bahwa resiko tersebut disebabkan oleh terpaparnya cecara berlebihan terhadap standar sosial , diantaranya adalah media sosial dijadikan standar kecantikan yang tidak realistis cyberbullying dan kecanduan digital. Remaja yang memiliki ketergantungan pada media sosial cenderung menutup diri dan terisolasi . Karena media sosial dijadikan standar dalam bersosialisasi akibatnya timbul rasa cemas dan tidak percaya diri.
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) telah membuat komunitas remaja dengan program GenRe (Generasi Berencana) yang ada mulai dari tingkat desa sampai tingkat nasional. Tujuan program GenRe ini adalah untuk membekali remaja dengan kesiapan berkeluarga melalui perencanaan pendidikan yang terstruktur, karier dan pernikahan yang matang, sehingga dapat membentuk keluarga yang berkualitas. Orang tua pun diikutsertakan sesuai perannya dalam mengawasi anak-anaknya dalam penggunaan media sosial.
Masalah kesehatan mental pada remaja ini bukanlah hal yang mudah untuk diatasi, apalagi mereka adalah calon penerus pemimpin. Generasi emas 2045 mustahil terwujud dengan kondisi remaja yang menderita kesehatan mental.
Tidak luput pula dari peran pemerintah pada saat ini yang menerapkan sistem kapitalisme, yang mana sekulerisme dijadikan landasan aturan dalam menjalankan kehidupan. Remaja pun tidak bisa memahami penyelesaian shahih atas segala persoalan kehidupan, karena tidak menggunakan agama sebagai landasan aturannya.
Dalam Islam, seorang pemimpin memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi yang berkualitas. Negara akan menerapkan kurikulum dalam pendidikan berdasarkan akidah Islam, sehingga lahir generasi yang mempunyai pola pikir dan pola sikap Islam. Islam pun akan menjadikan keluarga sebagai madrasah pertama dan orang tua berperan untuk mendidik anak-anaknya agar memiliki pemahaman Islam. Pemimpin negara akan menghalangi semua pemikiran asing masuk untuk melindungi pemahaman umatnya.
Negara akan menjamin kebutuhan hidup seluruh masyarakat, menerapkan sanksi apabila ada yang melanggar syariat, dalam hal ini misalnya bullying. Dengan perlindungan yang dilakukan negara terhadap masyarakat terutama remaja, sehingga remaja bisa lebih berkonsentrasi pada tugasnya dalam menuntut ilmu agar berguna bagi umat. Para remaja tidak lagi mengalami tekanan hidup dan terjaga kesehatan mentalnya dan berpikir realistis yang sesuai tuntunan Islam. Hanya Islam yang mampu menyembuhkan kesehatan mental saat ini dan menghasilkan generasi yang cemerlang.
Wallahualam.
Via
Opini
Posting Komentar