Opini
#KaburAjaDulu: Sinyal Kekecewaan Generasi dari Ekonomi yang Tak Pasti
Oleh: Yuni Ernawati
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Melewati 100 hari kinerja pemerintah terbaru Prabowo Subianto, ragam masalah bermunculan silih berganti. Mulai dari makan bergizi gratis, pagar laut, distribus gas melon hingga yang sedang viral terkait efisiensi anggaran yang ternyata harus memakan banyak korban dibaliknya. Runyamnya permasalahan hari ini memunculkan respon tersendiri khususnya di generasi muda dalam akun X yang ramai dengan #KaburAjaDulu sebagai respon atas kekecewaan dan kecemasan isu sosial dan politik yang terjadi.
Munculnya #KaburAjaDulu adalah respon atas fakta kualitas pendidikan dalam negeri yang kurang memadai, ditambah dengan fakta hari ini anggaran untuk pendidikan dipangkas sedemikian banyaknya sudah pasti akan banyak berpengaruh lebih buruk kedepannya. Satu sisi tawaran beasiswa juga kualitas pendidikan di luar negeri lebih menjamin dan memadai, menambah keyakinan mereka untuk beralih tinggal di luar daripada di negerinya.
Sulitnya mencari lapangan pekerjaan juga menjadi faktor penguat mereka ingin “kabur” ke luar negeri. Bagaimana tidak, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan ada 9,9 generasi Z di tahun 2024 tidak kuliah dan tidak bekerja. Sedang tawaran kerja di luar negeri semakin mendorong dengan gaji yang lebih menjanjikan. Hal ini tentu makin menguatkan alasan mereka untuk mengambil Langkah pindah ke negeri lain demi penghidupan yang lebih baik.
Fenomena #KaburAjaDulu sesungguhnya menggambarkan kegagalan kondisi politik dalam negeri dalam mengatur kehidupan warga negaranya. Sistem kapitalisme yang menjadi dasar pengaturan ekonomidi negeri ini terbukti membuat pengelolaan sumber dayaalam yang melimpah nmun hasilnya jauh dari kesejahteraan rakyat. Karena sebab, system ekonomi kapitalisme meniscaakan kepemilikan dan pengelolaan sumber daya alam itu bisa beralih pada siapapun para pemilik modal. Alhasil, sumber daya alam yang banyak tidak memberi kontribusi pada Pembangunan dan kesejahteran rakyat melainkan hanya berputar dibeberapa orang pemilik modal.
Sistem kapitalisme sejatinya tak bisa memberi kepastian atas kondisi ekonomi, karenanya pengelolaan memang tak menempatkan pada yang seharusnya. Membuat yang kaya semakin kaya juga sebaliknya. Tak hanya dalam kondisi ekonomi, system kapitalisme pun berdampak buruk pada kondisi Pendidikan yang membuat Pendidikan mudah untuk dikomersialisasi oleh pihak swasta alhasil hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu para pemilik harta. Rusaknya Pendidikan pun berimbas pada sulitnya mengakses lapangan kerja. Faktanya, untuk mencari kerja di negeri ini ijazah Pendidikan pun menentukan dimana seseorang bisa diterima.
Sungguh, berbeda dengan Islam yang menjadikan pemenuhan kebutuhan pokok seperti pendidikan dan ekonomi sebagai kewajiban yang harus dipenuhi. Negara Khilafah akan memaksimalkan banyak mekanisme termasuk diwajibkan menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki baligh. Baik di sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa dengan pengelolaan SDA yang Allah limpahkan kepada kaum muslimin.
Di sisi lain, strategi pendidikan Khilafah melalui susunan kurikulum yang mampu menyiapkan SDM yang beriman dan siap membangun negara. Ditambah dengan negara yang memberipemenuhan terbaik untuk rakyat akan menambah keberhasilan Pendidikan dan menghasilkan SDM berkualitas untuk membangun negara.
Wallahu’alam Bishowab.
Via
Opini
Posting Komentar