Opini
Kecelakaan Berulang, Negara Gagal Berikan Jaminan Keselamatan
Oleh: Ratna Kurniawati, SAB
(Muslimah Gresik)
TanahRibathMedia.Com—Kecelakaan beruntun dialami oleh enam kendaraan di gerbang tol Ciawi Bogor Jawa Barat dengan korban jiwa tewas delapan orang dan 11 orang luka-luka pada selasa (4/02) malam. Kecelakaan tersebut viral di laman media sosial X yang diduga salah satu korban yang selamat sempat merekam kejadian kecelakaan tersebut yang penyebabnya adalah rem blong.
Pihak Jasa Marga selaku BUMN pengelola tol menyebutkan bahwa kecelakaan tersebut melibatkan enam kendaraan yakni satu truk dan lima mini bus. Kecelakaan tersebut diawali truk yang bertugas mengangkut galon air mineral menabrak mobil yang antre pada saat pembayaran tol. Truk kehilangan kendali menabrak kendaraan yang antre dan sempat terbakar dan akhirnya dipadamkan (Bbc.com, 5-2-2025).
Ruas tol di wilayah itu memang rentan terjadi kecelakaan namun kecelakaan ini merupakan kecelakaan terparah. Maraknya kecelakaan terjadi karena seputar ketidaklayakan segi transportasi seperti rem blong serta faktor kelelahan dari pengemudi membuat bahaya bagi pengguna jalan raya.
Buruknya pelayanan serta lemahnya pengawasan menimbulkan potensi bahaya bagi pengguna jalan raya. Apalagi apabila kendaraan yang mengangkut barang berupa cairan seperti gerakan sloshing (gerakan bebas dari fluida cair di dalam sebuah wadah) bisa sangat kuat dan sulit diprediksi, terutama saat wadah bergerak atau berubah kecepatan.
Selain itu, minimnya edukasi dan pelatihan terhadap penanganan muatan cair sehingga pengemudi tidak mengetahui resiko apalagi kehilangan kendali terutama saat melakukan rem mendadak. Pihak perusahaan kurang optimal memastikan keamanan dan keselamatan pengemudi sehingga pengemudi selalu menjadi korban yang disalahkan apalagi terjadi kecelakaan.
Pekerjaan menjadi sopir truk kurang diminati lantaran jam kerja panjang dan upah dibawah standar ideal menjadi penyebab terulangnya kecelakaan di jalan tol. Sistem kerja diburu target tanpa memikirkan kondisi sopir apakah mengalami kelelahan apa tidak. Belum lagi mereka kadang memiliki SIM tanpa melalui uji kelayakan.
Dari kejadian di atas menunjukkan bahwa sistem kapitalis yang diemban oleh negara ini gagal dalam memberikan jaminan keselamatan. Mereka hanya mementingkan kepentingan ekonomi dan keuntungan semata tanpa mengindahkan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini tentu berbeda dengan sistem Islam yakni negara sebagai ra'in dimana negara akan memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas terbaik serta memberikan jaminan kesejahteraan pengemudi serta memantau dan memastikan pengemudi memiliki kemampuan handal dan dalam kondisi fisik yang sehat secara mental. Selain itu, jalan sebagai fasilitas publik harus diberikan perbaikan secara berkala guna mencegah terjadinya kecelakaan, kelayakan jalan diperhatikan, rambu-rambu lalu lintas dipasang dengan jelas. Kelayakan kondisi kendaraan juga dipastikan memadai dan layak untuk digunakan dengan pengecekan berkala.
Negara juga memiliki tanggung jawab memastikan bahwa pengemudi layak berkendara dengan syarat dan ketentuan berlaku dan tidak mengalami kelelahan dengan jam kerja panjang. Pengemudi juga memiliki pengetahuan dan kemampuan mengemudi yang profesional dan terlatih.
Negara dalam sistem Islam akan menindak pelanggaran terhadap keselamatan transportasi dengan memberikan sanksi tegas kepada pengemudi yang terbukti melanggar aturan keselamatan.
Sebagai contoh dapat kita lihat pada masa kekhalifan Islam yakni pembangunan infrastruktur berkembang pesat di Baghdad yang saat itu jalan-jalan sudah terlapisi aspal pada masa khalifah Al Mansur pada 762 M sedangkan Eropa baru abad 18 M. Selain itu, khalifah Umar bin Khattab membangun jalan dan infrastruktur dari pendanaan baitul mal yang dipergunakan bagi rakyat secara gratis.
Hanya dengan solusi Islam yang akan membantu mengurangi kecelakaan di jalan tol. Sudah saatnya kita kembali memperjuangkan Islam agar bisa mewujudkan kesejahteraan dalam naungan daulah Islam.
Wallahualam bishawab.
Via
Opini
Posting Komentar