Opini
Menjelang Ramadan Kenaikan Harga Pangan Menanjak, Butuh Solusi Tuntas
Oleh: Nalita Septyarani, S.Tr.Keb., Bdn., CHE.
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia paling utama yang harus terpenuhi setiap saat. Pemenuhannya termasuk ke dalam hak asasi setiap manusia, yang harus dioptimalkan oleh negara. Menjelang bulan Ramadan, seperti hal lumrah segala jenis kebutuhan pokok harganya melambung tinggi.
Dikutip dari rubicnews.com (7-2-2025), Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan peringatan dini terkait potensi kenaikan harga sejumlah komoditas pangan menjelang bulan Ramadan 2025. Pasalnya, sejumlah pangan tersebut diprediksi akan mengalami lonjakan harga akibat meningkatnya permintaan selama bulan puasa dan menjelang Idulfitri.
Syamsiah, seorang pedagang di Pasar Tamrin, mengungkapkan bahwa kenaikan harga sudah mulai terjadi sejak dua minggu lalu. Menurutnya, kondisi tahun ini jauh lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Setiap menjelang Ramadan memang selalu ada kenaikan harga, tapi kali ini terasa paling parah," ujarnya (Tribunkaltim.com, 7-2-2025).
Penyebab Kenaikan Harga yang Terus Berulang
Kenaikan harga terus berulang menjelang bulan Ramadan seakan seperti rutinitas yang tidak dapat dicegah. Hal ini terjadi karena terjadi masalah pendistribusian barang yang tidak merata. Ketidakseimbangan permintaan kebutuhan di pasar dengan tidak optimalnya produksi barang menjadi persoalan yang terjadi di masyarakat. Semua terjadi mengalir begitu saja tanpa evaluasi dan solusi di waktu berikutnya.
Fakta yang juga terjadi di lapangan, peningkatan harga pangan tidak dapat terlepas dari adanya mafia rantai pasok bahan pangan. Bahan pangan sengaja ditimbun sehingga terjadi kelangkaan di beberapa wilayah. Tidak meratanya penyebaran barang, menjadikan adanya ketimpangan harga yang melonjak.
Bahkan, para mafia rantai pasok barang juga memiliki peran penting dalam menentukan kenaikan harga, menjelang Ramadan seakan dimanfaatkan menjadi waktu mencekik harga di pasar untuk mendapatkan keuntungan lebih yang berkali-kali lipat. Masyarakat di sisi lain terdesak membeli karena beriringan dengan kebutuhan momentum Ramadan sebagai tradisi ajang perkumpulan keluarga besar.
Normalisasi kapitalisme produk pangan seakan menjadi hal yang direstui oleh negara. Masyarakat semakin kebingungan tanpa solusi yang berarti. Kebutuhan pangan dasar dikapitalisasi oleh para pengusaha, rakyat kecil semakin terjepit keadaan karena kebutuhan mahal, tetapi pendapatan tidak ikut bertambah. Negara kehilangan perannya sebagai pengatur dan penjaga kemaslahatan masyarakat. Kondisi ini menggiring kondisi masyarakat semakin jauh dari sejahtera.
Sistem Perekonomian Islam yang Menyejahterakan
Berbeda apabila negara yang menerapkan sistem Islam. Negara akan menjunjung tinggi kesejahteraan seluruh kalangan masyarakat tanpa terkecuali. Segala kebutuhan terutama yang bersifat dasar seperti pangan sudah pasti menjadi tanggung jawab negara. Oleh karena itulah peran negara sebagai pengatur sangat berpengaruh mengendalikan ekonomi masyarakat. Sistem ekonomi Islam hadir sebagai solusi komprehensif bercita-cita mulia yang bertujuan hanya untuk kemaslahatan umat, bukan kepentingan para penguasa kapitalis.
Negara mengoptimalkan pemerataan distribusi bahan pangan akan dipastikan alurnya dari hulu ke hilir. Negara memastikan tidak ada timbunan dan kecurangan oleh para pemasok, dan akan memberikan hukuman kepada yang melanggar. Negara akan memberikan sanksi kepada siapa saja yang memonopoli harga pangan jauh dari kemampuan daya beli masyarakat.
Barang apa pun akan diatur tempat produksi hingga pendistribusian sampai ke tangan individu. Wilayah yang kekurangan suatu produk akan diupayakan adanya tempat produksi bahan pangan tersebut sehingga bisa menekan biaya distribusi.
Produksi akan ditingkatkan dengan analisis kebutuhan yang detail dan kuat sehingga akan mampu memenuhi segala kebutuhan masyarakat tanpa adanya kelangkaan yang menyebabkan harga naik. Produksi bahan pangan akan dilakukan pengamanan ketat sesuai dengan hukum syarak.
Sistem ekonomi Islam yang solutif akan mampu membawa masyarakat ke dalam kesejahteraan. Negara akan memiliki pengaturan yang mudah dan optimal dalam mengayomi masyarakat. Masyarakat akan terjamin kecukupan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Tidak akan ada lagi ketimpangan ketika menghadapi bulan Ramadan. Dengan begitu masyarakat akan fokus pada inti Ramadan yaitu beribadah dengan khusyuk. Sungguh, sistem Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, yang membawa kemaslahatan menyeluruh tanpa terkecuali.
Wallahualam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar