Opini
Mimpi Semu 2045: Krisis Mental Pemuda di Tengah Sistem yang Kian Bebas
Oleh: Nurul Mauludiyah
(Guru SMP dan Pemerhati Generasi)
TanahRibathMedia.Com—Marah, kecewa, dan hancur rasanya. Mungkin begitulah ekspresi jutaan orang tua di negeri ini. Betapa tidak, menurut survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey pada 2024 yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) angka pemuda yang menderita kesehatan mental mencapai 15,5 juta jiwa (dikutip dari laman tempo.co yang dimuat pada tanggal 15 Februari 2025). Jika diasosiasikan pada jumlah remaja putri di negeri ini, berarti 3 dari 10 remaja putri menderita sakit mental. Generasi muda yang harusnya menjadi harapan masa depan negeri ini nyatanya hari ini sakit. Mulai dari penyakit anxiety hingga depresi yang berujung mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Generasi hari ini memang dihadapkan pada berbagai tantangan hidup yang kompleks. Globalisasi membawa efek pada kemudahan akses tanpa bekal nilai dan literasi yang cukup membuatnya justru menjadi jurang mematikan. Akses terhadap media sosial tanpa kontrol membuat mereka gemar membandingkan realita hidup mereka dengan kehidupan para influencer yang seolah sempurna, terutama pada capaian materi dan kenampakan fisik. Kehidupan di dunia maya juga seolah menjebak generasi dan menjadikan mereka selalu mendambakan pemuas kesenangan yang bersifat instan sebagaimana yang mereka nikmati di dalam gawai mereka.
Ketidakpastian kehidupan, menjadi salah satu stressor bagi generasi. Keinginan untuk memenuhi segala yang diingini ternyata tak diimbangi dengan kemampuan untuk memenuhinya karena harga barang dan jasa makin hari, makin tak terbendung. Berbagai jalur instan coba mereka tempuh, seperti menggunakan metode pembayaran tertunda (kredit/pay later) hingga judi online demi tetap eksis dan terpenuhi keinginannya. Namun jalan instan tersebut, justru menjadi bumerang tersendiri. Akibatnya, semakin bertambahlah berbagai kesulitan hidup di dunia nyata dan tak mampu mereka selesaikan. Alih-alih tetap berjuang menjalani berbagai ketidakpastian, generasi justru tak mampu keluar dari tekanan yang berujung pada sakit dan hancurnya mentalitas mereka.
Sementara, pemerintah yang harusnya hadir memberikan jalan keluar atas problem generasi ternyata absen dari upaya penyelamatan mental generasi. Pemerintah justru sibuk dengan berbagai proyek strategis dan infrastruktur yang minim kontribusi pada perbaikan generasi. Program-program yang digagas berkaitan dengan generasi justru jauh dari harapan. Sistem pendidikan yang harusnya dapat diandalkan dalam menyelamatkan generasi, justru menjauhkan generasi dari identitasnya sebagai seorang manusia, hamba Allah.
Makin berlapis dan komplekslah problem generasi hari ini. Ini menggambarkan jalan suram menuju target Indonesia Emas 2045. Jika tak segera berbenah dan menginsafi jalan-jalan rusak yang selama ini ditempuh, bukan tidak mungkin generasi kedepan justru hancur berkeping dan menjadi beban berat bagi negeri ini.
Sudah saatnya, penduduk negeri ini berikhtiar menemukan jalan terang penyelesaian problem generasi. Jika melihat pada konsep hidup yang Islam tawarkan, sebenarnya jalan terang tersebut ada dan pernah dengan gemilang tercatat dalam sejarah.
Dalam Islam, manusia ditempatkan dalam posisi tertinggi di bumi ini. Manusia sebagai khalifah fil al ardh adalah pihak yang paling bertanggung jawab menjaga dan memimpin bumi hingga kualitas manusia mendapatkan perhatian besar. Terlebih generasi muda. Penguasa dalam Islam, bertanggung jawab memberikan pendidikan dan pengkondisian terbaik hingga terlahir generasi cemerlang dari rahim peradaban Islam. Semua ini, ditempuh dengan menjalankan seluruh aturan Islam dalam realitas kehidupan.
Dalam sistem pendidikan Islam misalnya, tercapainya kepribadian Islam dan kuatnya akidah Islam menjadi target utama yang diperjuangkan secara serius oleh negara hingga mampu melahirkan output peserta didik yang kuat akidah dan kepribadiannya. Sementara, sistem I’lami (sistem penyiaran dan informasi) dalam Islam memastikan seluruh informasi yang dikonsumsi oleh generasi adalah informasi yang bisa menunjang ketaatan dan semangat generasi dalam mencapai cita-cita besar memimpin bumi dengan Islam. Informasi rusak dan keji akan disensor dengan sungguh-sungguh hingga tak menjadi penyakit di tengah generasi.
Jaminan kehidupan juga diupayakan lewat penerapan sistem ekonomi Islam yang menjamin terpenuhinya kebutuhan masing-masing individu lewat pengaturan sistem kepemilikan berdasarkan aturan Allah. Dengan seluruh pengaturan tersebut, harapan besar terlahirnya generasi cemerlang bukan sekedar target jangka panjang tapi output riil yang berusaha diwujudkan di setiap kesempatan.
Via
Opini
Posting Komentar