Opini
Runtuhnya Ketangguhan Mental Generasi Z dalam Peradaban Sekularisme
Oleh: Ai Nurjanah
(Penulis dan Aktivis Dakwah)
TanahRibathMedia.Com—President Metlife menyatakan bahwa gen z atau generasi z benar-benar dalam kondisi yang tidak baik. Beberapa studi membuktikan bahwa keadaan kesehataan holistik mereka yang hampir ada di seluruh kelompok usia pekerja mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu sebanyak 6 persen. Katz juga melaporkan bahwa 60 persen perempuan dan 45 persen laki-laki memiliki kekhawatiran akan besarnya biaya hidup di masa depan (Okezone, 18-01-2025).
Dikutip dari sumber yang sama, Dr. Viviek Murthy yang merupakan ahli bedah umum dari Amerika Serikat mengungkapkan bahwa generasi z mengalami kehidupan yang sulit dan kurang bahagia.
Penelitian atau survei yang dilakukan oleh Harmony Health Care IT pada tahun 2022 menunjukan bahwa 42 persen generasi Z mengalami gangguan kesehatan mental.
Gangguan kesehatan mental merupakan gangguan yang mempengaruhi segala pemikiran, perasaan, tingkah laku, suasana jiwa, dan hati. Kesehatan mental ini akan terjadi dalam waktu yang tidak lama atau pun akan berkesinambungan (kronis).
Generasi z adalah generasi yang lahir pada tahun 1997 sampai dengan 2012. Berarti usia mereka saat ini ada di sekitar 13 tahun sampai dengan 28 tahun. Istilah Generasi z ini tidak serta merta muncul begitu saja, namun merupakan hasil voting dalam sebuah artikel dari seorang jurnalis USA Today di Amerika yang bernama Bruce Horovitz. Saat itu ia menulis artikel dengan judul "After gen x, millenials, whats should next generation be?"
Generazi z memiliki ciri atau karakter sendiri, yaitu di antaranya adalah mereka merupakan generasi yang multitasking (mengerjakan segala sesuatu secara bersamaan), generasi yang dalam aktivitasnya selalu menginginkan jalan instan atau serba cepat, tidak bisa lepas dari gadget yang mereka miliki (dunia dalam genggaman). Ini terjadi karena mereka hidup dalam keadaan dunia yang sudah serba canggih dengan teknologi. Ciri-ciri yang lain pada gen z yaitu mereka hidup multikultural.
Dari karakteristik di atas maka akan tercipta dua kemungkinan, menciptakan kelemahan di satu sisi dan kekuatan di sisi lainnya pada generasi z sendiri. Namun karena mereka hidup dalam keadaan situasi teknologi yang sudah serba canggih dan instan, tidak heran jika pada diri mereka lahir suatu sikap yang mudah menyerah dan tidak suka akan suatu proses hidup. Terutama dalam hal proses berpikir yang akan mempengaruhi akal mereka. Mudah stress, baperan, dan mudah menyerah serta cepat bosan dalam hal melakukan aktivitas sesuatu juga menjadi ciri khas mereka.
Sebenarnya kesehatan mental yang semakin merosot dikalangan gen z penyebabnya bukan pada masalah personal, bukan juga masalah keluarga namun merupakan bagian dari kerusakan sebuah peradaban yang kita emban sekarang, yaitu peradaban sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan.
Sangat disayangkan memang, jika sebuah generasi mengalami keruntuhan baik fisik ataupun mentalnya. Di tengah jebakan sistem sekulerisme ini seolah generasi tidak sanggup untuk bergerak dan hanya mengikuti alur sistem yang ada. Melupakan betapa pentingnya perubahan diri dari sisi akidah, namun lebih menonjolkan dan berusaha agar tidak mengalami ketertinggalan dalam sebuah tren untuk mencapai kepopuleran.
Masa muda adalah masa terbaik. Masa keemasan yang seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menciptakan peradaban yang penuh ketangguhan dan kegemilangan. Mempunyai kemampuan dan bersikap dengan tepat di tengah gempuran informasi negatif yang semakin mudah di akses dan sedikitnya informasi edukasi yang mudah di dapat. Maka kuncinya adalah harus tetap memperkokoh dan memperkuat akar keimanan serta tidak mudah goyah untuk mencapai ketangguhan fisik dan mental serta selalu menebarkan kebaikan dimanapun.
Hempaskan kelemahan generasi dengan sikap terus menjaga koneksi dengan Allah Swt. Karena Allah adalah sumber kekuatan satu-satunya yang patut dijadikan sandaran hidup. Karena bagaimana pun hal yang wajib bagi seorang hamba adalah mengenal Tuhannya. Jangan biarkan generasi Islam dirusak dan dimusnahkan oleh peradaban sekularisme. Karena segala apa pun visi misi dalam sistem sekularisme bukan bertujuan untuk menciptakan ketangguhan iman dan kegemilangan. Justru segala apapun potensi yang ada di dalam pribadi generasi akan selalu dimanfaatkan oleh penguasa dan kepentingan penjajah serta merusak akal yang ada di dalam pribadi generasi.
Selama generasi berusaha dan mau belajar untuk tetap mencintai ilmu meskipun dalam kondisi era yang berat maka akan menciptakan dan menghasilkan generasi yang hebat. Kemudahan teknologi dan kehidupan yang serba instan justru akan menjadi jebakan tersendiri bagi generasi jika tidak mampu untuk mengendalikan dan masih berada dilingkaran zona santai dan bermewah-mewahan. Maka era yang serba mudah ini akan menjadi rawan dan melemahkan generasi.
Via
Opini
Posting Komentar