Reportase
Sekitar 15 Ribu Peserta Aksi Bela Palestina di Surabaya Serukan Jihad adalah Solusinya
TanahRibathMedia.Com—Cahaya mentari terasa hangat menyelimuti bumi, turut mengobarkan semangat kepada para peserta aksi yang sejak pukul 06.00 pagi telah memadati Gedung Grahadi Surabaya, pada Ahad (02-02-2025).
Peserta aksi yang tergabung dalam Aliansi Muslim Bela Palestina berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. Mulai dari Sidoarjo, Nganjuk, Lumajang, Malang dan sekitarnya. Jauh jarak tidak menyurutkan langkah mereka untuk berjuang memberikan pembelaan atas saudara yang ada di Bumi Palestina.
Aksi yang diselenggarakan bertajuk Isra' Mi'raj Aksi Bela Palestina: Bebaskan Masjidil Aqsha dan Palestina dari Penjajahan Zionis Yahudi tersebut dipersiapkan dengan sangat apik dan variatif. Beragam pertunjukkan pun dipersembahkan. Mulai dari orasi, pembacaan puisi, teatrikal dan yel-yel menjadikan aksi tersebut terasa hidup dan tidak membosankan.
Acara dibuka oleh MC kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an yang sangat syahdu membuat haru bagi yang mendengarkannya.
Rangkaian acara yang berlangsung kurang lebih sekitar 6 jam itu menghadirkan beberapa orator. Orasi pertama yang disampaikan oleh Ustaz Faiq Furqon itu menjelaskan tentang keadaan Palestina yang sejak kekhilafahan runtuh berada dalam dominasi Barat Amerika.
"Sekarang kondisinya Gaza dan seluruh wilayah Palestina itu dibawah dominasi barat Amerika Eropa, dan Jewish State setelah kekhilafahan itu berakhir dari tahun 1946," ujarnya sangat tegas dengan tiga bahasa yaitu Inggris, Arab dan Indonesia.
Orasi demi orasi mewarnai kegiatan aksi. Orasi ketiga telah usai, sinar mentari kian meninggi. Menyisakan semangat berapi-api, pernyataan sikap yang disampaikan dalam sebuah bait puisi menggugah hati bagi mereka yang terbuai mimpi.
"Abad ke-20 Palestina"
"Adalah bagian tubuh yang satu"
"Dan yang utuh dalam diri kami"
"Kehidupan yang berjalan bagai angin sepoi di udara"
"Damai, penuh toleransi dan terbuka"
"Namun
Pada 1917 Inggris kuasai wilayah Palestina"
"Zionis Yahudi mencaploknya"
"Menggoreskan konflik panjang dan amat pelik"
"Semua itu bukan karena perbedaan agama"
"Tapi, sistematisasi penguasaan wilayah"
"Oleh zionis Yahudi yang hakikatnya bukan manusia"
"Awalan"
"Awalan"
"Awalan"
"Tanah Palestina adalah hak mutlak kaum muslimin sedunia"
"Bukan sekadar menggeser posisi"
"Tetapi merebutnya adalah solusi"
"Melenyapkan eksistensi Zionis adalah final dan harga mati"
Bait demi bait, membuat peserta hanyut dalam suasana pilu.
"Bagaimana peserta aksi? Masih semangat?" MC bertanya untuk terus menjaga suasana aksi tetap hidup dan membara.
"Mari kita bersama-sama, supaya terdengar di seluruh dunia," pekik MC yang satu lagi, suaranya tak kalah membahana untuk mengajak peserta membaca yel-yel.
"Bersama-sama"
"Lobi-lobi gagal"
"Gencatan tak mempan"
"Tak ada solusi"
"PBB diam"
"Negeri Muslim bimbang"
"Tak ada harapan"
"Jihad, jihad, jihad solusinya"
"Bersama, bersatu, tegaknya khilafah"
"Bebaskan Al-Aqsha"
Barisan rapi seluruh peserta aksi berarak-arakan, terpisah dengan sangat elegan antara laki-laki dan perempuan.
Kibaran Liwa dan Rayah ke angkasa begitu wibawa dan perkasa turut mengguncang Surabaya dan media masa.
Patung besar yang berdiri di depan Gedung Grahadi seolah menjadi saksi bahwa kaum muslimin di kota pahlawan tak mati empati.
Lantunan puisi yang menyayat hati pun usai. Giliran orator mengisi panggung kembali untuk berorasi.
Beberapa saat kemudian aksi teatrikal pun dipersembahkan. Simbol Masjidil Aqsha yang suci telah menghitam karena ternodai dengan kebiadaban zionis Yahudi dipampang dekat panggung aksi.
Beberapa bocah memerankan diri mereka sebagai anak-anak Gaza yang setiap hela nafas mereka diselimuti kecemasan. Nyawa mereka siap dipertaruhkan kapan dan di mana saja ketika zionis laknatullah itu menyerang dan menghabisi mereka.
Di lain sisi, para penguasa negeri muslim hanya diam. Seolah mereka tak ada rasa kemanusiaan. Zona aman telah membuat mereka berpangku tangan. Berbagi solusi yang ditawarkan hanyalah slogan nihil kenyataan.
Setelah teatrikal usai, rangkaian acara masih cukup panjang. Seruan penegakan khilafah pun terus diagungkan di Kota Pahlawan. Menyeru kepada dunia bahwa tidak ada yang mampu menyelesaikan permasalahan Palestina kecuali adanya sebuah institusi yang mempersatukan umat seluruh dunia dengan satu kepemimpinan yaitu khilafah.
Dari orasi pertama hingga orasi terakhir, berbagai macam persembahan pun intinya adalah memberikan sebuah gambaran menyadarkan kepada umat di seluruh dunia bahwa permasalahan Palestina adalah masalah penjajahan, yang tidak bisa diselesaikan dengan cara apapun selain kembali kepada aturan dari Sang Pencipta yaitu Islam. Di dalam Al-Qur'an dinyatakan dengan tegas bahwa siapa pun yang menerangi kaum muslimin atau negeri muslim maka harus diperangi.
Sedangkan hukum penegakan khilafah yang mulanya fardhu kifayah menjadi fardhu 'ain ketika penjajah sudah masuk dan membantai kaum muslimin di Palestina. Karena Palestina adalah milik seluruh kaum muslimin sedunia.[] Nur Salamah
Via
Reportase
Posting Komentar