IBRAH
Si Kecil Berhati Besar
Oleh: Kartika
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Sambil menunggu pelanggan, aku duduk di depan kios. Karena kiosku terletak di pinggir jalan, jadi aku banyak melihat orang lalu-lalang, baik itu pejalan kaki, atau pengendara.
Dari kejauhan aku mellihat ada dua orang anak perempuan mengendarai sepeda, tiba tiba "brak!" mereka terjatuh.
Anak yang satu cepat bangun sambil tertawa, ia menertawakan temannya yang susah bangun karena tertindih sepedanya.
Mataku tidak berkedip memandangi mereka, dan ternyata anak yang satu itu tidak bisa bangun. Aku iba, tidak tega melihat anak itu menangis. Aku segera menghampirinya dan aku membantu anak itu agar bisa bangun. Aku melihat ada luka di kakinya, dia meringis sambil terisak menahan sakit, tangannya memegang kakinya yang terus mengeluarkan darah.
"Nak, tunggu sebentar ya! Ibuk ambilkan obat luka dulu," pintaku pada anak itu.
"Jangan Buk, tidak usah, aku tidak mau, aku takut lukaku bertambah perih," rengeknya.
"Tidak Nak, lukamu harus segera diobati. Kalau tidak, nanti kakimu bisa infeksi," ujarku meyakinkan.
Tanpa menunggu jawaban lagi, aku bergegas masuk ke dalam kios untuk mengambil cairan obat luka yang berwarna merah itu, yang memang sengaja aku sediakan untuk P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
Aku segera menghampiri anak itu yang masih terisak. Tanpa menghiraukan jeritnya, aku teteskan obat itu ke lukanya.
"Aaaww!" pekiknya.
Aku ikut meringis, "Tidak apa-apa Nak, nanti juga sembuh. Sekarang pulang ya!" Seruku.
Mereka pun pulang.
Kurang lebih dua tahun, setelah kejadian itu, aku agak sedikit lupa, ketika aku sedang belanja kebutuhan pokok, tiba - tiba ada beberapa orang anak gadis menghampiriku. Ternyata mereka murid - murid pengajianku, sambil tersenyum dan menyapa mereka menyalamiku.
"Ibuuk...," sapa mereka.
"Eee..., kalian", balasku, sambil memicingkan mata tanda aku tersenyum kepada mereka.
Karena aku bercadar, jadi mereka tidak akan bisa melihat senyum manisku yang mengalahkan manisnya madu. Eaa... itu pikirku...!
Dari beberapa anak gadis tersebut ada satu orang yang tidak aku kenal. Dia juga menyalamiku sambil senyum sumringah.
"Ibuuu," sapanya.
"Iiyaa, kamu siapa sayaang? Ibu tidak kenal" tanyaku dengan nada merayu.
"Ibuk lupa ya? Aku yang dulu pernah ibuk tolong ketika aku jatuh dari sepeda, terimakasih ya Ibuk", jawabnya.
" MaasyaaAllah, Ooo...jadi kamu ya yang pernah ibu tolong waktu itu? Ibu ingat sekarang, kamu sudah besar ya, ibu doakan kamu sehat terus," ujarku sambil mengelus kepalanya.
"Aamiin," seru mereka mengaminkan doaku.
Kemudian mereka pamitan lalu mereka pun pergi.
Pagi itu, aku duduk sambil menikmati teh hangat, sekilas aku teringat akan kejadian yang kualami, mungkin bagi sebagian orang, itu hal biasa, tetapi bagiku itu sangat luar biasa. Mataku membasah, terharu dengan sikap anak gadis itu. Dia tidak lupa dengan apa yang sudah aku lakukan kepadanya, padahal waktu sudah lama berlalu. Aku pun tidak menganggap itu hal istimewa, hanya menolong seorang anak kecil.
Akan tetapi, ketika dia berterimakasih dan menyalamiku, ada setitik bahagia di hati, merasa diri mempunyai arti.
Ini juga menandakan, bahwa anak itu seseorang yang tidak lupa akan kebaikan yang pernah dia terima.
Ada pelajaran penting dari kajadian tersebut. Pertama, jangan pernah melupakan kebaikan sekecil apapun yang kita terima dari orang lain.
Kedua, balaslah kebaikan orang lain dengan hal serupa atau minimal dengan mengucapkan terima kasih apalagi sambil mendoakan, “semoga Allah membalasmu dengan kebaikan", karena berterimakasih atas pemberian orang lain adalah perangai yang terpuji.
Ketiga, ikhlaslah dalam melakukan semua hal! Jangan berharap balasan dari manusia, lakukanlah karena Allah Ta’ala, karena kabaikan sekecil apa pun yang kita lakukan tidak akan luput dari pengawasan-Nya.
Sungguh, seseorang yang berbuat baik kepada kita, mereka telah mengorbankan apa yang ada pada dirinya. Baik itu berupa harta, ilmu, tenaga, pikiran, waktu, dan lain sebagainya.
Maka, setiap muslim hendaklah menghiasi diri dengan amal seperti itu.
"Tidak ada balasan kebaikan, kecuali kebaikan (pula)". (QS Ar - Rahman: 60)
Sudahkah berterimakasih kepada orang yang berbuat baik kepada kita? Jika belum, berterimakasihlah sekarang! Karena berterimakasih kepada manusia itu sebagian cara bersyukur kita kepada Allah Ta’ala.
Wallahu alam bisshawwab.
Via
IBRAH
Posting Komentar