Opini
Solusi Hakiki Masalah Palestina
Oleh: Alfaqir Nuuihya
(Ibu Pemerhati Umat)
TanahRibathMedia.Com—Hingga detik ini Gaza masih membara, walaupun gencatan senjata telah diumumkan, tetapi serangan demi serangan yang dilancarkan oleh zionis pada faktanya masih tetap berlangsung. Fasilitas umum termasuk fasilitas pendidikan tidak luput dari target pengeboman yang dilakukan oleh zionis saat ini.
Meskipun zionis berkilah bahwa serangan tersebut semata untuk membumihanguskan Hamas. Akan tetapi, di satu pihak terkuak fakta bahwa zionis mengakui, mereka melakukan serangan biadab tersebut terhadap fasilitas pendidikan tersebut.
Dari serangan terbaru lebih dari 100 orang tewas sejak 24 jam diumumkan gencatan senjata (kompas.com, 18-1-2025). Kita ketahui sepanjang genosida kurang lebih 352 fasilitas pendidikan di jalur Gaza menjadi target pengeboman yang mengakibatkan hancur total sehingga tidak bisa digunakan untuk proses pembelajaran. Meski demikian, para pendidik di tanah muqoddas ini tidak pernah patah arang, dan tetap menjalankan proses pembelajaran di kamp-kamp pengungsian meski dengan keadaan yang seadanya serta terbatas.
Solusi Basa-basi
Akhir 2024, tepatnya 21 November, dunia Internasional melalui International Criminal Court (ICC) sebenarnya telah merilis surat penangkapan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallan, atas kasus kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan. Namun, pada faktanya surat edaran tersebut hanya omong kosong belaka.
Indonesia pun tak luput memberikan perhatian untuk kejahatan yang sedang dialami oleh saudara kita di Palestina. Menlu RI, Sugiono menyatakan bahwa Indonesia siap mengirim pasukan perdamaian ke Palestina, tetapi tetap harus mengikuti prosedur hukum Internasional, yaitu komando PBB. Bahkan tahun lalu pun, ketika Prabowo Subianto masih menjabat sebagai Menhan, mengeluarkan pernyataan yang sama, tetapi hingga detik ini tidak pernah terealisasi.
Konvensi Jenewa yang diadopsi pada tahun 1949 bahkan menyatakan bahwa anak-anak, wanita, dan fasilitas pendidikan tidak boleh dijadikan sasaran dalam penyerangan. Namun, pada kenyataannya genosida ini menyebabkan kehancuran fasilitas pendidikan sehingga secara langsung memutuskan proses pendidikan di Palestina. Bahkan, lembaga Internasional yang sudah mengetahui keadaan ini pun hanya tinggal diam dan abai terhadap masa depan anak-anak Palestina.
Di satu pihak, betapa banyak penguasa muslim menyuarakan "two state solution" untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di tanah Al-Quds ini. Selain bahwa mereka berbusa-busa membela Palestina, padahal jelas pembantaian ini tidak akan bisa diselesaikan hanya dengan kutukan kosong.
Di satu sisi, Arab Saudi contohnya lebih memilih untuk mengirimkan pesawat tempur untuk membumihanguskan Houthi di Yaman. Erdogan, penguasa Turki itu lebih memilih mengirimkan pesawat tempurnya untuk membombardir pemberontak, tetapi enggan memberikan pertolongan berupa pasukan untuk Palestina. Bahkan Mesir, selain membangun tembok tinggi di perbatasan Rafah dan Mesir, nyatanya juga menolak untuk menerima pengungsi dari Palestina dengan alasan klise, ekonomi.
Solusi dua negara yang digadang-gadang sebagai solusi jitu untuk menyelesaikan konflik di Palestina adalah solusi yang basi dan klise. Secara tidak langsung, negara-negara mayoritas muslim memperlihatkan kelemahan mereka serta ketundukan mereka terhadap kafir Barat. Sebab, solusi ini hanya akan melanggengkan tujuan politik Barat agar tetap menjajah negeri-negeri muslim, baik dari segi ekonomi, bahkan pemikiran.
Di sisi lain, zionis tidak pernah menginginkan solusi dua negara, mereka ingin memiliki seluruh tanah Palestina dan menghabisi semua rakyat Palestina, andai mereka mampu. Begitulah nasionalisme, yang menjadi sekat antara Palestina dan negeri muslim lainnya adalah buah dari pemikiran kafir Barat.
Nasionalisme yang hanya mementingkan keadaan negerinya sendiri, tetapi melupakan saudara seakidah. Padahal jelas dalam hadis Nabi bahwa sesama muslim itu bagaikan satu tubuh. "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR Muslim).
Islam Solusi Tuntas
Islam senantiasa menjaga jiwa kaum muslimin termasuk anak-anak. Begitu pun pendidikan sebagai tonggak peradaban menjadi salah satu tanggung jawab Khilafah. Sebab dengan pendidikanlah, anak-anak yang berkepribadian Islam akan terbentuk dan siap berkiprah dalam memperjuangkan peradaban Islam. Begitu pun ekonomi, politik, senantiasa dijaga oleh syariat.
Maka, ketika terjadi genosida di Palestina, anak-anak, serta fasilitas pendidikan tak luput dari target pengeboman, sudah selayaknya kita butuh solusi Islam yang sesungguhnya. Di tengah cerai berai umat Islam akibat ideologi sekuler kapitalis, sudah saatnya kita menyusun solusi sendiri untuk pembebasan Palestina.
Persatuan umat Islam adalah tonggak kemerdekaan Palestina yang sebenarnya. Dengan persatuan, kita akan mudah menyeru pemimpin negeri muslim untuk mengirimkan pasukan dalam rangka jihad melawan entitas Yahudi. Di bawah komando Khilafahlah, suatu hal yang mudah untuk memobilisasi jihad. Khilafah adalah janji Allah, dan kebangkitannya adalah suatu hal yang pasti. Di tengah keterpurukan umat, sudah saatnya kita menjadi bagian dalam memperjuangkan tegaknya khilafah.
Khatimah
Saat ini, keadaan anak-anak Palestina serta fasilitas pendidikan memang sangat terpuruk. Namun, itu tidak pernah menyurutkan semangat mereka dalam mempelajari tsaqafah Islam, di tengah keterbatasan tersebut. Di dalam dada mereka, telah tertancap keimanan, akidah yang kokoh, untuk tetap memperjuangkan tanah Al-Quds.
Namun, justru kitalah yang seharusnya mengasihani diri sendiri. Fasilitas pendidikan memadai, tetapi mayoritas lingkungan kita sangat jauh dari pemahaman tsaqafah Islam. Akidah yang lemah, keimanan yang sangat minim, karena telah bercokol pemahaman Barat, yaitu sekuler kapitalis.
Maka, sudah saatnya kita berjuang di tengah-tengah masyarakat agar mereka memiliki perasaan, pemikiran, dan aturan yang sama. Sehingga akan menjadi suatu hal yang mudah dalam menegakkan Khilafah.
Wallahualam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar