Opini
Banjir di Tengah Ramadan, Bagaimana Solusinya dalam Islam?
Oleh: Sulis Setiawati,S.Pd.
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang sangat penting demi keberlangsungan makhluk hidup di muka bumi. Kehadirannya sangat dinanti karena sebagai salah satu sumber kehidupan sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,
“Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengannya kebun-kebun dan biji-bijian yang dapat dipanen.” (TQS.Qaf ayat 9).
Dalam tafsir Tahlili dijelaskan bahwa, “Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah bagi penghuni bumi, lalu Kami tumbuhkan dengan air yang tercurah itu bermacam-macam pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen, seperti gandum, jagung dan sebagainya”.
Sehingga yang dipahami dari penjelasan di atas bahwa air hujan yang Allah turunkan dari langit sebenarnya membawa berkah (manfaat/ kebaikan). Namun realitas yang kini sebagian besar manusia beranggapan sebaliknya yakni kemudharatan dari turunnya hujan ke muka bumi. Sebagaimana akibat dari fenomena alam ini terjadi, maka ribuan rumah dan bangunan terendam banjir, terhambatnya aktiflvitas masyarakat yang merembet kepada masalah ekonomi global.
Geosains.id mengabarkan bahwa banjir telah melanda beberapa daerah di Indonesia sejak akhir Februari 2025 (13-03-2025). Demikian juga seperti yang dilansir dalam laman detik.com (7-3-2025) di Bekasi, hujan deras pada awal Maret 2025 menyebabkan 20 titik banjir dengan ketinggian air mencapai 3 meter. Ribuan warga harus mengungsi, aktivitas perekonomian lumpuh, dan fasilitas umum seperti rumah sakit serta stasiun ikut terdampak.
Tak luput dari banjir juga dialami oleh masyarakat Kota Pekanbaru sebagaimana dikabarkan melalui situs inilah.com (9-3-2025).
“Debit air sungai Siak sudah mulai turun sedikit sehingga banjir pun mulai surut. Namun, jumlah warga yang terdampak terus bertambah dengan puncaknya kemarin mencapai 28 ribu jiwa," kata Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho.
Kesulitan yang dialami masyarakat atas banjir tersebut semakin menyesakkan dada di saat momentum bulan suci Ramadan tiba. Belum lagi dengan dampak selanjutnya setelah pasca banjir yakni dampak kesehatan, psikologis, hingga ekonomi. Lalu apakah ini hanya akan menjadi musibah yang dianggap biasa karena telah menjadi rutinan dan berulang terus menerus tiap tahunnya? Atau dikarenakan faktor sistemik yang justru menciptakan terjadinya musibah banjir yang tak berkesudahan?
Penyebab Banjir Melanda
Menurut analisis Aqueduct Global Flood Analyzer, Indonesia adalah negara dengan jumlah populasi terdampak bencana banjir terbesar ke-6 di dunia, yakni sekitar 640.000 orang setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia dengan 464 kejadian banjir setiap tahunnya. Banjir yang disertai longsor menjadi bencana ke-6 yang paling sering terjadi di Indonesia dengan 32 kejadian setiap tahunnya. Setidaknya tiga faktor utama penyebab banjir dan longsor yang paling banyak disoroti, yaitu berkurangnya tutupan pohon, cuaca ekstrem, dan kondisi topografis Daerah Aliran Sungai (DAS). Artinya pemerintah belum mampu melakukan upaya antisipasi dan mitigasi yang memadai untuk keselamatan masyarakatnya.
Dalam sistem kapitalis sekuler saat ini, hampir di setiap perencanaan program kerja tidak luput dari asas manfaat dan materi semata bukan berdasarkan kondisi lingkungan atau berkelanjutan. Sehingga inilah potret kerja penguasa dalam membuat langkah-langkah dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, salah satunya yakni dalam menanggulangi musibah banjir yang terjadi diberbagai wilayah Indonesia. Pembangunan yang berorientasi pada kapitalis akan memberi ruang seluas-luasnya bagi oligarki untuk mengubah lahan serapan air sebagai lahan bisnis tanpa memperhatikan keselamatan dan kepentingan makhluk hidup serta dampak terhadap lingkungan.
Inilah yang menyebabkan musibah banjir tidak terselesaikan dari tahun ke tahun dari generasi ke generasi karena persoalan tidak hanya terletak pada tata ruang wilayah, akan tetapi juga karena penguasa berpegang pada sistem kapitalisme yang eksploitatif dengan pemikiran mendasar yang tidak sesuai dengan fitrah manusia, alam semesta, dan kehidupan yang telah Allah tetapkan untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah fil’ardh (pemimpin, perawat, penjaga, pengelola bumi, dan alam semesta).
Solusi Cerdas
Negara dalam Islam bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya, termasuk dalam memastikan lingkungan yang aman dan sejahtera.
Rasulullah saw. bersabda: "Imam (pemimpin) adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rekam jejak bagaimana kepemimpinan Islam menggenggam dunia hampir 2/3 dunia dapat kita temui baik melalui sirah maupun situs–situs bangunan-bangunan yang masih berdiri hingga saat ini. Seperti bendungan pencegah banjir dan pengatur irigasi demi meningkatkan produksi pertanian yang ada di Provinsi Khuzestan, Iran.
Pertama, perencanaan pembangunan berbasis mitigasi bencana, agar dapat mengetahui potensi bencana berdasarkan letak geografis daerah setempat sebagai bentuk preventif.
Kedua, memberi sanksi bagi siapa saja yang tidak ikut dalam menjaga kebersihan danau, sungai dan laut. Karena sebenarnya bukan hujan yang membawa kemudharatan, akan tetapi perilaku manusia yang tidak lagi menjaga lingkungan yang menyebabkan banjir terjadi sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam QS. Ar rum ayat 41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Ketiga, demi menjaga keseimbangan ekosistem kehidupan makhluk hidup, Pemimpin akan mengatur tentang konservasi alam dengan melarang perburuan hewan dan kerusakan tanaman. Kawasan konservasi dan resapan air harus dilindungi agar tidak dialihfungsikan menjadi pemukiman atau lahan bisnis yang dapat merusak fungsinya.
Keempat, melakukan pengerukan lumpur dari sungai dan saluran air untuk mencegah pendangkalan yang dapat menyebabkan banjir secara berkala.
Khatimah
Dengan solusi yang ditawarkan oleh Islam, terlebih telah terbukti pada masa kejayaan Islam ini dapat diterapkan. Maka hal apalagi yang membuat para penguasa terhalang dari pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari sejarah yang berhasil menjaga keselamatan, kesejahteraan dan keamanan makhluk hidup. Negara dalam Islam bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya, termasuk dalam memastikan lingkungan yang aman dan sejahtera. Rasulullah saw. bersabda: "Imam (pemimpin) adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam juga mengatur kepemilikan lahan yang berkaitan dengan kemaslahatan rakyat. Lahan yang memiliki fungsi penting untuk kepentingan umum, seperti kawasan resapan air, tidak boleh dikuasai oleh swasta, melainkan harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat banyak, bukan hanya pemilik modal. Sebagaimana sabda Nabi saw.: "Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api." (HR. Abu Dawud)
Dengan demikian, sistem Islam tidak hanya memperhatikan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi memperhatikan kepentingan umat secara menyeluruh dan terperinci, menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian alam. masyarakat tidak hanya terhindar dari bencana ekologis, tetapi juga hidup dalam sistem yang berkeadilan dan sejahtera.
Wallahu a'lam bishshawab.
Via
Opini
Posting Komentar