Opini
Demokrasi Tidak Akan Membentuk Masyarakat yang Bertakwa
Oleh: Muhammad Syafi'i
(Aktivis Dakwah)
TanahRibathMedia.Com—Selain gagal dalam melahirkan pemimpin yang pro terhadap kepentingan rakyat serta melahirkan banyak konflik di tengah masyarakat, demokrasi juga tidak akan mampu membentuk masyarakat yang beriman dan bertakwa. Karenanya, demokrasi bukan hanya tidak diperlukan dalam mengatur urusan umat Islam melainkan harus dibuang.
Akidah yang melahirkan demokrasi menjadi penyebab utama sulitnya umat Islam meraih predikat manusia yang bertakwa. Demokrasi lahir dari sekularisme, sebuah akidah yang memisahkan agama dari kehidupan. Sekularisme meyakini adanya Tuhan sebagai pencipta tetapi Tuhan tidak mengatur urusan kehidupan manusia. Agama diakui dan punya ruang tersendiri oleh sekularisme tetapi tidak boleh mencampuri urusan kehidupan lainnya seperti ekonomi, politik, sosial maupun urusan negara.
Ibarat anak kandung, demokrasi bakal selalu tunduk dan patuh kepada sekularisme. Demokrasi tentunya tidak akan membiarkan berkembangnya pandangan maupun keyakinan yang bertentangan dengan sekularisme apalagi mengancam eksistensinya di muka bumi. Karena itu, demokrasi tidak akan pernah mendukung konsep takwa dalam arti yang sebenarnya. Sebab, konsep takwa dalam arti yang sebenarnya sangat bertentangan bahkan dapat membinasakan sekularisme.
Pertentangan konsep takwa dengan sekularisme sangatlah jelas. Takwa adalah konsep yang terlahir dari ajaran Islam. Sementara akidah Islam sangat bertentangan dengan sekularisme. Akidah Islam meyakini Allah sebagai pencipta sekaligus mengatur seluruh kehidupan umat manusia. Tidak seperti sekularisme, Islam tidak memisahkan agama dari kehidupan. Justru, Islam mengharuskan setiap Muslim terikat dengan ajaran Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Suasana kehidupan masyarakat yang dibentuk dengan berbagai konsep pemikiran yang terlahir dari sekularisme dan dilindungi oleh demokrasi semakin menyulitkan seorang Muslim meraih predikat takwa. Liberalisme yang menuntut kebebasan berperilaku menciptakan manusia yang hanya mengikuti hawa nafsunya belaka. Pluralisme dan sinkritisme telah merusak aqidah umat yang seharusnya menjadi pondasi dalam membangun ketakwaan.
Kapitalisme melahirkan orang-orang kaya yang hanya berorientasi pada materi, rakus dengan harta, dan tidak peduli berbuat zalim demi mengejar materi.
Dengan akidah sekularisme dan berbagai konsep kehidupan yang berkembang dalam demokrasi itu, masyarakat yang bertakwa tidak akan terwujud. Lebih dari itu, menjadi seorang Muslim yang beriman dan bertakwa dalam sistem demokrasi sangatlah sulit meskipun tidak bisa dikatakan mustahil.
Alih-alih melahirkan masyarakat yang bertakwa, demokrasi hanya akan melahirkan masyarakat yang rusak. Selain itu menjadikan masyarakat jauh dari agama, merajalelanya kemaksiatan, maraknya tindakan kriminal, terlahir banyak koruptor sangat mewarnai kehidupan masyarakat demokrasi. Dampaknya berbagai kesempitan hidup melanda masyarakat, berupa kemiskinan, depresi, berbagai macam penyakit, kesewenang-wenangan, penjajahan serta berbagai penderitaan lainnya.
Karena itu, sebuah keharusan membuang demokrasi dengan sekularisme yang melahirkannya dan berbagai pemikiran yang dipeliharanya untuk mewujudkan masyarakat yang bertakwa. Siapa saja yang mengaku beriman tidak boleh lagi memperjuangkan demokrasi atau sekadar membelanya jika ingin benar-benar meraih ketakwaan.
Untuk mengganti demokrasi, Islam memiliki sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang dibai'at untuk menerapkan seluruh syari'at Islam dan menjaga kemurnian akidah Islam. Dengan diterapkannya syari'at Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan dengan berlandaskan akidah Islam, maka akan tercipta suasana keimanan yang kuat di lingkungan masyarakat. Terciptalah masyarakat Islam yang memliki pemikiran yang sama mengatur kehidupannya berdasarkan syariat Islam. Masyarakat yang tidak hanya berorientasi dunia tetapi selalu mengejar kebahagiaan di akhirat.
Akhirnya, masyarakat yang bertakwa hanya bisa tercipta dalam sistem pemerintahan Islam yang dikenal dengan sebutan khilafah, bukan demokrasi apalagi yang lain.
Via
Opini
Posting Komentar