Opini
Banjir Batam Meluas, Benarkah Akibat Hujan Selama 2 Hari?
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Batam diguyur hujan selama 2 hari penuh, pada Rabu-Kamis, 19-20 Maret 2025 kemarin hingga mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah perumahan dan ruas jalan utama. Di beberapa titik, banjir juga sampai setinggi pinggang orang dewasa. Seperti di Perumahan Benih Raya Marina, Kecamatan Sekupang, yang memaksa ratusan warga untuk dievakuasi. Lalu di di Kompleks Sei Nayon, Bengkong. Ketinggian air mencapai lutut orang dewasa dan merendam puluhan rumah warga (Batampos.jawapos.com, 21-3-2025).
Menurut keterangan siaran pers BMKG Stasiun Meteorologi Hang Nadim, adanya banjir ini diakibatkan oleh cuaca ekstrim dengan hujan berintensitas tinggi secara berkepanjangan di Kota Batam. Karena hal itu, BMKG mengimbau masyarakat agar terus waspada dan siapa, terutama saat hujan lebat tengah terjadi. Hal ini karena dinamika atmosfer di wilayah Kepulauan Riau menunjukkan adanya indikasi potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang dalam beberapa hari ke depan (Tempo.co, 20-3-2025).
Di sini lain, warga Bengkong menduga penyebab dari banjir yang melanda wilayah mereka adalah adanya penyempitan alur Sungai Nayon akibat proyek reklamasi yang dilakukan PT Batamas di perairan Bengkong. Bahkan salah seorang warga mengaku, sebelum adanya reklamasi tersebut, wilayahnya tidak pernah mengalami banjir separah ini (Batamnews.co.id, 20-3-2025).
Selain reklamasi, deforestasi juga terus berlangsung dan sangat berpotensi mengganggu sistem resapan air. Berdasarkan data, sebesar 46 persen hutan di wilayah Kepulauan Riau telah diokupasi (sumber: Ig batam life, 11-2-2025).
Melihat kedua fakta di atas, tampaklah jelas bahwa firman Allah terjadi dalam surat Ar-Rum ayat 41.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)
Banjir yang melanda wilayah Batam beberapa tahun terakhir adalah tak lain akibat ulah tangan rakus manusia. Hutan dibabat, tebing-tebing dan perbukitan diratakan dengan tanah, sungai digerus, dan reklamasi jalan terus. Di sisi lain, masyarakatnya juga bermudah-mudah membuang sampah sembarangan. Di sungai, di selokan, di pinggir jalan, dan bahkan di laut, mereka tak malu membuang berkantong-kantong sampah.
Mengapa sedemikian rusak dari atas hingga bawah? Semua tak lain karena sistem yang salah dan rusak yang diadopsi oleh pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahannya kini. Sistem itu adalah Sekuler-Kapitalisme. Rakyat dan pemerintahnya sekuler, memisahkan agama dengan kehidupan sehari-hari, dan sistem ekonomi yang diterapkan oleh negara adalah kapitalisme. Yakni mengeruk sebanyak-banyaknya keuntungan, meski itu harus dengan cara merusak lingkungan.
Dalam dunia kapitalisme, pemegang kekuasaan yang sesungguhnya adalah para pengusaha atau konglomerat. Sementara pemerintah hanyalah sebagai regulator untuk membuat undang-undang yang banyak menguntungkan para pemilik modal ketimbang rakyat. Maka tak heran jika hari ini, proyek reklamasi terus jalan meski banyak mendapatkan kritikan, namun pemerintah telah setuju dan memberikan izin meskipun dampaknya bisa merusak ekosistem dan membuat banjir.
Begitu juga dengan deforestasi yang terus-menerus terjadi di wilayah Kepulauan Riau, terutama di Batam. Perusahaan-perusahaan yang berkaitan terus melakukan pembalakan liar, namun di sisi lain, pemerintah seolah bergeming dengan adanya penggundulan hutan tersebut. Padahal jelas dampak yang ditimbulkan dari adanya deforestasi adalah memberikan peluang besar untuk terjadinya banjir, lantaran makin sempitnya wilayah penyerapan air. Inilah cara kerja kapitalistik. Tak peduli dampak negatif apa yang akan terjadi, yang penting mereka mendapat keuntungan besar. Sementara pemerintah cukup pura-pura tidak tahu sembari mengantongi uang dari imbalannya memberikan izin.
Situasi ini akan terus-menerus ada, tak akan berubah sepanjang sistem yang digunakan dan dipertahankan adalah sistem sekuler-kapitalisme. Karena sistem inilah akar dari terjadinya banjir yang sering melanda kota Batam akhir-akhir ini.
Hal ini berbeda apabila Islam yang diterapkan sebagai sistem yang mengatur urusan negara dan umat. Di dalam sistem Islam, sumber daya alam dikelola oleh negara dan asing tidak diberi kesempatan atau akses untuk mengelolanya. Sementara itu, pemerintah di dalam sistem Islam adalah ra'in dan junnah, yakni pelindung dan pengayom masyarakat. SDA dimanfaatkan semaksimal mungkin -namun tetap dengan mempertimbangkan dampak-dampaknya terhadap ekosistem- yang sepenuhnya untuk kepentingan umat. Dengannya juga membuka lapangan kerja seluas-luasnya dengan upah yang sangat layak.
Pembukaan lahan untuk pembangunan hanya digunakan untuk kemaslahatan umat dan pembangunan negara, bukan untuk golongan tertentu. Hal tersebut juga lagi-lagi dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem. Sehingga pembangunan yang dirancang dan dilaksanakan akan terhindar dari bencana sekaligus kerakusan golongan tertentu manusia. Jikapun ada bencana, maka hal itu adalah murni bencana bukan dampak dari kerusakan yang dilakukan oleh manusia.
Kemudian dari sisi pendidikan, di sistem Islam, pemerintah atau Khalifah akan terus mengedukasi masyarakat untuk bagaimana caranya mengolah sampah dengan benar dan tidak membuang sampah di saluran pembuangan air. Khalifah juga memberi hukuman yang setimpal dan memberikan efek jera pada mereka yang membuang sampah sembarangan, baik itu para pengusaha maupun individu masyarakat.
Tentu hal ini sebelumnya juga diawali dengan pendidikan kepada masyarakat mengenai penanaman akidah yang kuat, hingga timbul rasa takut kepada Allah dan terwujud dalam bentuk kehati-hatian di setiap tindak tanduknya. Inilah akar yang menjadikan seseorang untuk tidak melakukan hal-hal keji dan mungkar, meskipun itu dipandang sepele, seperti buang sampah sembarangan. Menjadikan ketaKwaan dan keimanan kepada Allah sebagai tolok ukur pendidikan generasi, sehingga terciptalah keberkahan dan kesejahteraan dari Allah Swt., seperti dalam firman-Nya:
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS Al-A’raf: 96).
Via
Opini
Posting Komentar