Opini
Gaza: Diam adalah Luka Kedua
Oleh: Salsabila Isfa Ayu Komalasari
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Apakah hari ini kita jadi terbiasa? Seakan penderitaan di Gaza adalah bagian dari penderitaan yang tidak bisa dihindari. Ketika gambar-gambar memilukan yang beredar setiap hari justru semakin menginisiasi perasaannya empati secara perla empatinyaulu, satu nyawa yang hilang bisa mengguncang dunia, membuat kita terbangun dari tidur panjang kita. Sekarang, ribuan korban hanya menjadi statistik angka yang muncul sekilas di media, lalu hilang tanpa jejak. Penderitaan yang terus berlangsung kini seakan hanya menjadi sorotan singkat, hilang dalam hiruk-pikuk dunia yang terus berputar.
Lumpuhnya empati tidak muncul begitu saja. Namun ia muncul dipupuk oleh cara kita mengonsumsi informasi, terutama di media sosial. Akibatnya, pemberitaan tentang apa yang terjadi di Gaza bisa dengan mudah tergeser, tertutup oleh tren hiburan, dan rutinitas digital. Perlahan tapi pasti, kita belajar untuk tidak terusik. Kita tidak lagi mencari kebenaran, hanya mengikuti arus apa yang ditampilkan. Di sinilah media sosial, yang seharusnya bisa memperkuat suara pembelaan, justru bisa memperparah keacuhan jika tidak digunakan dengan kesadaran.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Di tengah derasnya informasi, kita perlu untuk memilih agar tidak hanyut dalam arus lupa. Maka, jadilah bagian dari penyambung suara, menyuarakan kebenaran, menyebarkan kesadaran, dan menghidupkan kembali empati yang mulai redup. Jadilah bagian yang tidak pernah tergantikan, yang berisik dalam membela kebenaran. Lihatlah bagaimana satu video dari jurnalis di Gaza bisa membuka mata jutaan orang. Lihat pula bagaimana seruan boikot terhadap produk-produk terafiliasi penjajah mulai mengguncang rantai distribusi dan membuat perusahaan multinasional kelimpungan.
Ketika suara kecil dikumpulkan, dampaknya bisa menjadi gelombang. Maka, menyuarakan kebenaran adalah bentuk perlawanan. Diam bukan pilihan dan bersikap netral adalah bentuk lain dari pembiaran.
Jangan biarkan konten tentang Gaza hanyut begitu saja. Bagikan! Sebarkan! Ramaikan lini masa dengan kebenaran. Jangan beri ruang bagi algoritma untuk menenggelamkan penderitaan mereka di balik tawa dan hiburan dunia. Gaza butuh suara kita terus-menerus.
Ketika kita memilih untuk diam, melewatkan berita tentang Gaza tanpa sedikit pun rasa peduli. Dunia akan terasa semakin sunyi dari pembelaan. Ketika penderitaan dianggap biasa, pelaku kejahatan merasa aman. Ketika kita enggan menyuarakan kebenaran, kita perlahan menjadi bagian dari sistem yang membungkam. Kejahatan tidak selalu menang karena kekuatannya, tapi karena banyaknya orang baik yang memilih bungkam.
Kita tidak diminta untuk hadir di Gaza dan angkat senjata. Kita punya peran lain, peran yang mungkin kecil tapi membawa perubahan yang besar. Teruslah tunjukkan keberpihakan kita, dan menautkan hati kita dengan perjuangan mereka. Palestina bukan hanya sekadar nama, tetapi bagian dari kita, bagian dari tubuh umat ini. Rasulullah saw. telah menjanjikan bahwa bumi Syam akan selalu dihiasi oleh sekelompok umat yang teguh di atas kebenaran, meski dunia seakan melupakan mereka.
Kita, meskipun jauh, memiliki kewajiban untuk menyuarakan kebenaran itu. Sebab, kemenangan mereka adalah janji Allah dan kita adalah saksi dari perjalanan panjang ini. Maka, suarakan, sebarkan, lawan untuk Gaza, untuk Palestina, untuk bumi Syam! Jangan biarkan kebenaran terbenam dalam keheningan. Jangan biarkan sikap netral justru menenggelamkan dalam kubangan ketidakpedulian. Karena dalam kezaliman, netral bukanlah jalan tengah ia adalah keberpihakan yang terselubung. Di tengah jeritan anak-anak Gaza, diam adalah luka kedua.
Via
Opini
Posting Komentar