Opini
Idulfitri Berdarah: Nestapa Palestina dan Jalan Pulang Menuju Khilafah
Oleh: Endah Dwianti, S.E., CA., M.Ak.
(Pengusaha)
TanahRibathMedia.Com—Idulfitri seharusnya menjadi momen sukacita dan kemenangan spiritual bagi umat Islam di seluruh dunia setelah menjalani ibadah di bulan Ramadan yang penuh keberkahan. Namun, kebahagiaan itu tak dapat dinikmati oleh seluruh umat Islam. Di Palestina, Idulfitri kembali dihiasi tangisan dan darah. Bukan karena kurangnya iman atau semangat beribadah, tetapi karena kekejaman rezim penjajah Israel yang terus menggempur dan menindas tanpa belas kasihan.
Pada 31 Maret 2025, tepat di Idulfitri 1446 H, Israel kembali menunjukkan kebrutalannya. Setidaknya sembilan warga Palestina tewas dalam serangan udara di Gaza, lima di antaranya adalah anak-anak (tempo.co, 30 Maret 2025). Sementara itu, ribuan warga Gaza menjalani Idulfitri di tengah reruntuhan bangunan dan trauma berkepanjangan akibat agresi yang tak kunjung berhenti (antaranews.com, 30 Maret 2025)
Pemandangan menggetarkan jiwa juga datang dari Masjid Al-Aqsa, tempat suci ketiga umat Islam, saat warga Palestina tetap menjalankan salat Id meski dalam ancaman kekerasan dari aparat Israel (cnbcindonesia.com, 30 Maret 2025). Bahkan di pengungsian, seperti di Kamp Wihdat, Yordania, warga Palestina hanya bisa mengenang kampung halaman mereka dengan air mata (metrotvnews.com, 30 Maret 2025)
Kondisi ini menggambarkan satu fakta menyakitkan, kebahagiaan umat Islam belum sempurna. Ketika sebagian umat merayakan Idulfitri dengan baju baru dan hidangan lezat, sebagian yang lain harus mengubur anak-anak mereka, hidup di bawah penindasan, dan kehilangan hak asasi mereka sebagai manusia.
Kegagalan Sistem Sekuler
Mengapa tragedi seperti ini terus berulang? Mengapa dunia seakan tak berdaya menghentikan kezaliman Israel? Jawabannya terletak pada sistem global yang berlaku saat ini yaitu sistem sekuler kapitalisme yang mendominasi dunia. Sistem ini tidak menjadikan agama sebagai pijakan hukum dan moral, sehingga nilai-nilai kemanusiaan mudah dikorbankan demi kepentingan geopolitik dan ekonomi negara-negara besar.
Institusi seperti PBB, OKI, dan negara-negara Islam mayoritas tak lebih dari penonton yang tak berani bertindak tegas. Mereka terjebak dalam jebakan sistem internasional yang dikendalikan oleh negara-negara adidaya yang justru menjadi pelindung bagi penjajah Israel.
Pandangan Islam: Butuh Khilafah
Dalam Islam, perlindungan terhadap umat bukanlah pilihan, tapi kewajiban. Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai, umat berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya." (HR. Muslim)
Tanpa Khilafah, umat Islam ibarat anak ayam kehilangan induk. Mereka tidak memiliki kekuatan politik yang mampu melindungi darah dan kehormatan mereka. Inilah yang terjadi pada umat Islam di Palestina, Suriah, Rohingya, dan berbagai wilayah konflik lainnya. Mereka dibiarkan menderita tanpa perisai yang membela dan membebaskan.
Sejarah mencatat, selama lebih dari 13 abad Khilafah Islamiyah tegak, umat Islam berada dalam perlindungan dan kemuliaan. Negeri-negeri Islam bersatu di bawah satu kepemimpinan yang menerapkan syariat Islam secara kafah, menjadi mercusuar peradaban dan keadilan bagi dunia.
Saatnya Umat Kembali ke Jalan Islam
Realitas hari ini seharusnya menggugah kesadaran umat bahwa sistem hari ini sudah rusak dan gagal total. Solusi bukan terletak pada reformasi sistem yang bobrok, tetapi dengan mengganti sistem itu secara menyeluruh dengan sistem yang datang dari Allah Swt.: sistem Islam dalam bingkai Khilafah.
Umat Islam harus menyadari bahwa perjuangan menegakkan Khilafah bukan hanya tanggung jawab segelintir kelompok dakwah, melainkan kewajiban kolektif seluruh umat. Harus ada jamaah dakwah yang konsisten menyadarkan umat dan memimpin mereka untuk menegakkan kembali kehidupan Islam yang kafah.
Kondisi di Palestina bukan hanya ujian bagi mereka yang berada di sana, tetapi juga ujian keimanan bagi kita yang menyaksikannya. Apakah kita akan terus diam dan membiarkan saudara kita dalam penderitaan, ataukah kita akan bergerak memperjuangkan perubahan sistemik yang hakiki?
Penutup
Idulfitri di Palestina tahun ini adalah luka kolektif umat Islam. Namun, dari luka itu harus tumbuh tekad dan kesadaran untuk kembali pada jalan yang benar. Jalan itu bukanlah demokrasi, nasionalisme, atau sekularisme, tetapi Islam sebagai sistem hidup yang menyeluruh. Kini, saatnya umat menatap fajar kemenangan yang akan datang bersama tegaknya Khilafah Islamiyah yang rahmatan lil alamin.
Wallahualam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar