Opini
Ironi Negeriku, Bisa Bermedsos Tapi Ga Mahir Baca, Kok Bisa Bos?
Oleh: Harnita Sari Lubis S.Pd.I
(Aktivis Dakwah)
TanahRibathMedia.Com—Ratusan siswa di Bali banyak yang tidak bisa membaca tapi lancar main medsos (CNN Indonesia, 15-04-2025). Papua juga termasuk daerah yang menghadapi tantangan serupa khususnya di Kabupaten Asmat yang mayoritas anak-anaknya belum bisa membaca.
Penyebab literasi rendah ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain keterbatasan akses pendidikan karena daerah yang sulit dijangkau, kualitas pendidikan yang kurang, kurikulum yang tidak sesuai, metode pengajaran yang kurang efektif, dan ketersediaan guru yang tidak memadai. Dari segi faktor ekonomi dan sosial yaitu kemiskinan, kurangnya dukungan keluarga, dan masalah sosial lainnya juga dapat menghambat kemampuan anak untuk belajar.
Akar Masalah
Lagi-lagi sistem kapitalis sekuler menjadi akar masalah dari bobroknya pendidikan di Indonesia. Pemerintah mempunyai peran yang sangat minim bahkan bisa dikatakan abai dan tidak peduli terhadap pendidikan di Indonesia. Pemerintah menyerahkan sepenuhnya pendidikan kepada orangtuanya di rumah. Alhasil orang tua yang peduli terhadap pendidikan anaknya mewajibkan untuk mengeluarkan biaya yang besar agar anaknya bisa mengecap pendidikan yang tinggi. Tapi karena mahalnya biaya pendidikan yang bagus di Indonesia membuat orang tua banyak yang menyekolahkan anaknya agar anak sekedar mendapatkan ijazah semata tanpa mementingkan lagi anaknya bisa baca atau bisa menghitung. Terbukti anak didik sekarang ini sulit untuk membaca dan menghitung. Sehingga orang tua mempunyai harapan yang utopis terhadap ilmu pengetahuan dan wawasan anaknya.
Solusi Islam
Di dalam Islam, menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, sistem pendidikan yang unggul adalah sistem pendidikan Islam yang memiliki tujuan utama yakni membentuk kepribadian Islam dan mencetak peserta didik menguasai ilmu pengetahuan maupun ahli sains dan teknologi. Kepribadian Islam terlahir dari pola pikir (mafahim) dan pola sikap (nafsiyah) manusia dalam memahami hakikat dirinya dan potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan di dalam pendidikan Islam agar membentuk kepribadian Islam yaitu:
1. Antara sekolah, masyarakat, keluarga dan negara harus bersinergi.
2. Kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi.
3. Pendidikan Islam berorientasi pada membentuk tsaqâfah Islam, kepribadian Islam, dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan (knowledge).
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, dalam pemikirannya tentang pendidikan Islam, menekankan pentingnya membentuk kepribadian Islam yang kuat, melalui pendidikan akal dan jiwa yang didasarkan pada akidah Islam. Ia menekankan bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk syakhsiyyah (kepribadian) Islam yang utuh, bukan hanya sekadar menguasai ilmu pengetahuan atau teknologi.
Syaikh Taqiyuddin juga berpendapat bahwa pendidikan Islam yang efektif harus berfokus pada pembentukan kepribadian Islam yang kuat, yaitu kepribadian yang mencerminkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kepribadian Islam ini dibangun melalui pendidikan akal dan jiwa, yang didasarkan pada akidah Islam.
Akidah Islam menjadi dasar utama dalam pendidikan. Pendidikan harus berupaya menanamkan pemahaman dan pengamalan akidah Islam dalam diri peserta didik, sehingga akidah menjadi landasan berpikir, bersikap, dan bertindak.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Meskipun fokus utama pada pembentukan kepribadian Islam, Syaikh Taqiyuddin juga tidak menampik pentingnya pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia berpendapat bahwa pendidikan Islam harus mampu mencetak peserta didik yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun tetap berakar pada nilai-nilai Islam.
Syaikh Taqiyuddin juga menekankan bahwa pendidikan Islam harus merupakan interaksi antara budaya, ilmu, dan peradaban. Hal ini berarti pendidikan harus mampu mengembangkan peserta didik yang memahami dan menghargai berbagai budaya, ilmu, dan peradaban, namun tetap berpegang teguh pada ajaran Islam.
Khatimah
Di dalam Islam, pendidikan adalah yang paling utama dalam membentuk kepribadian setiap anak agar anak-anak menjadi anak-anak yang berwawasan tinggi dan cemerlang. Peran negara dalam memfasilitasi pendidikan yang gratis mulai dari tingkat TK sampai perguruan tinggi sangatlah utama. Perpustakaan berisi ribuan buku yang bisa diakses siapa saja yang mau belajar.
Salah satunya ketika Islam berjaya pada masanya yaitu pada masa kegemilangan Cordoba di Spanyol. Pada saat itu dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Ramainya kunjungan ke perpustakaan mencapai angka 400.000 kunjungan, sementara pengunjung perpustakaan-perpustakaan besar di Eropa lainnya jarang mencapai angka seribu.
Banyak mahasiswa dari berbagai negara termasuk mahasiswa Kristen Eropa menuntut ilmu di universitas tersebut. Gedung perpustakaan mencapai 70 buah. Dan ada 80 sekolah gratis disediakan pemerintah di Cordoba bagi anak-anak yang miskin dan terlantar.
Pada masa kejayaannya Cordoba dikenal sebagai The Greatest Centre of Learning di Eropa ketika kota-kota lain di benua itu berada pada masa kegelapan. Cordoba bagai bunga yang menebarkan harum di Eropa pada abad pertengahan. Seorang penulis Lane-Poole (Wonders of The World) menggambarkan Cordoba adalah bagai bunga yang menebar harum di Eropa pada abad pertengahan.
Cordoba adalah cikal bakal pembawa kemajuan Barat dan menjadi kota termegah pada masanya dan banyak menginspirasi penulis Barat. Maka dari itu saatnya kita kembali ke sistem Islam secara kaffah agar anak-anak kita bisa mengecap pendidikan yang tinggi dan cemerlang.
Wallahu a'lam.
Via
Opini
Posting Komentar