Sastra
Ketika Kini Sunyi
Oleh: Maman El Hakiem
TanahRibathMedia.Com—Dulu, suaranya gemuruh di ruang, menembus senyap seperti badai datang.
Cerewet, kata banyak mulut berkata, tapi tiap ucapnya ada makna, ada rasa.
Ia bicara tentang hal sepele, tentang kopi yang terlalu pahit, tentang langit yang tampak berbeda, tentang kita yang kadang lupa cara tertawa.
Kita tertawa, kita mengeluh, kadang menutup telinga, kadang menunggu reda. Tapi hari ini, ruang ini sunyi...terlalu sunyi.
Ia pergi tanpa suara, diam yang tak pernah ia kenakan semasa ada. Dan kini, kita semua tahu: betapa suara itu nyawa.
Betapa celotehnya pengisi waktu, penenun kenangan yang tak kita sadari tumbuh. Kini diamnya menusuk, lebih dalam dari semua bisingnya dulu.
Rupanya, kita rindu yang kita keluhkan, kita kehilangan yang dulu ingin kita redam. Karena sesungguhnya, tak semua suara mengganggu, ada yang justru menjaga kita tetap hidup.
Kota Angin, 17-4-2025
Via
Sastra
Posting Komentar