Opini
Palestina dan Kita
Oleh: Asti
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com&Suasana ramai Idulfitri masih hangat terasa. Idulfitri layaknya menjadi momen bahagia bagi seluruh umat Muslim di dunia. Umat Muslim telah berhasil menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan yang mulia. Ramadan, bulan yang penuh dengan kebaikan. Umat Muslim saat ini telah berhasil bertemu dengan bulan Syawal. Salat ied, silaturahmi, kue lebaran, baju baru, dan tersedia ketupat layaknya sebuah tradisi lebaran tiap tahun yang selalu ada.
Sayangnya, saat ini suasana meriah ini tidak dinikmati saudara-saudara kita. Jika kita melihat sejenak kondisi saudara-saudara kita di Palestina, kita tidak akan menemukan hiasan-hiasan hari raya, tidak ada kue-kue lebaran, dan tidak ada baju baru, yang ada hanya bangunan-bangunan yang rata dengan tanah. Orang-orang berkumpul dan berdesak-desakan di kamp pengungsian. Terpampang wajah-wajah pilu warga Palestina karena kehilangan sanak saudara. Diberitakan warga Palestina melakukan salat jenazah seusai salat ied. Ada pula berita serangan Zionis Yahudi Israel yang terus menerus dilakukan tanpa henti. Mereka terus membombardir Palestina. Korban-korban terus berjatuhan, wanita, anak, fasilitas umum dan kesehatan kesehatan rusak dan hancur.
Melihat situasi ini selayaknya membuat kita sadar. Siapa sebenarnya warga Palestina? Warga Palestina sejatinya adalah saudara-saudara kita. Bukankah Rasul kita yang mulia telah mengabarkan bahwa Muslim itu ibarat satu tubuh? Artinya, sudah selayaknya kita ikut merasakan kesedihan dan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina.
Mari kita melihat kondisi saudara-saudara Muslim lainnya, akan tampak pula kepiluan mereka. Bagaimana kondisi Muslim Uighur yang masih mengalami tekanan rezim Cina, bagaimana muslim Rohingya yang masih terkatung-katung tanpa kepastian, dan lain sebagainya. Realita ini menunjukkan bahwa kebahagiaan umat di bulan Syawal ini belumlah sempurna. Sebagian umat Islam berada dalam kesengsaraan bahkan terancam nyawanya. Kondisi ini terjadi jauh sebelum bulan Ramadan, selama bulan Ramadan, bahkan hingga bulan Syawal saat ini.
Kepiluan saudara-saudara kita sudah selayaknya membuka membuka mata hati tentang apa yang sebetulnya terjadi hari ini. Kesalahan ini diakibatkan karena kita telah menggunakan sistem hidup buatan manusia. Sistem sekuler demokrasi kapitalis yang telah menjadikan umat Muslim di dunia terkotak-kotak. Meskipun jumlah kaum Muslimin besar, umat Muslim terpencar. Saat ini umat dalam kondisi yang lemah layaknya buih di lautan. Umat Islam tidak memiliki perisai yang dapat membantu melawan penjajah. Oleh karenanya, sistem hidup hari ini sungguh sangat tidak layak menjadi rujukan dan sandaran kehidupan manusia dalam membangun peradaban manusia.
Fakta kehidupan saat ini layaknya menghantarkan pada kesadaran bahwa sistem sekuler juga sudah diambang kehancuran karena kerusakan yang amat nyata akibat penerapannya. Situasi ini layaknya mendorong umat untuk mencari alternatif sistem yang lain. Kita harus menyadari pilihan satu-satunya hanya sistem Islam.
Sistem Islam adalah sistem yang istimewa. Dari sisi keimanan, Islam adalah sistem yang shahih dari Allah Swt. dari sisi sejarah, penerapan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan sudah terbukti menghantarkan pada peradaban gemilang dengan kemajuan yang luar biasa. Khilafah Islamiyah akan menyatukan umat Muslim di seluruh dunia dengan ikatan akidah Islam.
Khilafah akan menerapkan Islam secara kaffah di dalam negeri dan menyebarkan Islam ke luar negeri. Khilafah akan membebaskan negeri Muslim yang terjajah. Khilafah akan menjadi perisai bagi seluruh umat Muslim. Akidah Islam akan menjadikan umat Muslim merasakan kesakitan saudara-saudaranya yang lain layaknya satu tubuh seperti hadist Rasulullah. Umat Islam akan berupaya keras membebaskan negeri-negeri Muslim yang terjajah. Khalifah akan mengomando seluruh tentara dan umat Islam untuk berjihad fi sabilillah membebaskan saudaranya-saudaranya yang terjajah di Palestina, Uighur, Rohingya, dan lainnya.
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah dalam bukunya Asy-Syakhshiyyah al-Islamiyyah menjelaskan makna jihad adalah mengerahkan segenap kemampuan dalam perang di jalan Allah, baik secara langsung berperang, maupun dengan memberikan bantuan untuk perang, misalnya bantuan berupa harta, pendapat, memperbanyak pasukan perang, dll.
Khilafah akan mengangkat tentara reguler (jaisy) dan tentara cadangan (rakyat) hingga semua negeri Muslim yang terjajah akan terbebas kembali dan kembali ke pangkuan khilafah. Khilafah tidak akan mengambil jakan kompromi, tidak akan terikat dengan perjanjian dan solusi dua negara yang diprakarsai Barat. Pembebasan negeri-negeri Muslim yang terjajah seperti Palestina akan menjadi agenda utamanya.
Saat ini, umat harus berjuang dengan keras untuk menegakkan khilafah. Khilafah akan menjadi perisai bagi umat muslim, pelindung hakiki umat Islam seluruhnya. Oleh karenanya perjuangan menegakkan khilafah harus menjadi agenda utama umat Islam saat ini. Umat harus bahu membahu berjuang menegakkan Khilafah.
Wallahu ‘alam bisshiwab.
Via
Opini
Posting Komentar