Opini
Pasir Dikeruk, Hutan Digunduli; Batam, Nasibmu Kini…
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Batam yang dulu dikenal sebagai pulau dengan kekayaan alam dan pesona maritimnya, kini harus menghadapi masalah serius akibat masifnya kerusakan lingkungan yang terjadi di tahun-tahun belakangan ini. Aktivitas penambangan pasir yang ugal-ugalan, deforestasi yang kian liar, serta penimbunan sungai yang kian membuat banjir kerap melanda, benar-benar telah mengubah wajah pulau ini secara drastis.
Penambangan pasir ilegal di wilayah Nongsa, Batam, membuat banyak warga dilanda keresahan. Mereka mengaku khawatir tentang dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas tambang pasir tersebut, seperti kerusakan lingkungan yang salah satunya berupa penurunan kualitas air di wilayah tempat tinggal mereka. Selain itu, warga juga kerap merasa terganggu dengan kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas penambangan serta debu-debu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut (investigasi.news, 17-2-2025).
Selain penambangan pasir, penggundulan hutan besar-besaran juga tengah gencar terjadi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, utamanya di wilayah Batam. Kepala Bidang Tata Kelola Kehutanan dan Pemanfaatan Hasil Hutan DLHK Kepri Bherly Andia mengatakan bahwa kerusakan hutan di Batam mencapai 47 persen dari total keseluruhan hutan di pulau ini. Penggundulan hutan dilakukan untuk keperluan industri, permukiman, pertambangan, hingga perkebunan. Dari total 382 ribu hektare hutan di Batam, sebagiannya sudah ada izin, sebagiannya adalah ilegal (Ombudsman.co.id, 4-11-2022).
Sungai Bengkong juga kian sempit dan dangkal akibat aktivitas reklamasi yang dilegalkan pemerintah Kota Batam, hingga membuat para nelayan kesulitan dalam mencari ikan. Tak hanya berpengaruh pada sumber mata pencaharian penduduk, tetapi juga menjadi penyebab arus air menjadi lebih deras dan gelombang lebih tinggi ketika air laut sedang pasang atau saat hujan deras. Serta tentu saja akibat dampak dari sempitnya alur sungai ini dapat menyebabkan banjir di sekitar sungai menjadi lambat surutnya (Batamnews.co.id, 28-2-2025).
Kerusakan-kerusakan ini tentu tidak lain tidak bukan adalah akibat dari sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan oleh negara. Sistem sekuler kapitalisme dalam bidang ekonomi yang menjadi sumber kerusakan alam dan lingkungan. Sebuah sistem buatan manusia yang dikendalikan atas dasar keserakahan. Seseorang bisa memiliki apapun, berbuat apapun untuk memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan dampak positif maupun negatifnya bagi alam dan lingkungannya. Hal ini dimuluskan jalannya oleh para pemimpin yang hanya menjadi regulator, tanpa sedikit pun memikirkan nasib rakyat maupun kerusakan alam yang dialami oleh negaranya.
Banyak masyarakat tidak memahami bahwa sistem sekuler kapitalisme yang kini diadopsi dan dijalankan oleh pemerintah adalah bentuk penjajahan model terbaru. Masyarakat dibodoh-bodohi dan dilenakan dengan berbagai hiburan maupun isu yang tidak penting, sementara asing dibiarkan terus mengeruk kekayaan negeri hingga mengakibatkan kerusakan lingkungan dan menyebabkan bencana alam yang kerap terjadi.
Melihat banyaknya kerusakan hari ini, terutama di kota Batam, seharusnya sudah cukup bagi umat untuk memikirkan kembali nasib negara ini. Mengkritisi lebih jauh lagi, bahwa sudah benarkah para pemangku jabatan itu menjalankan roda pemerintahannya dengan benar? Ataukah ada yang salah dengan sistem yang telah diterapkan di negeri ini? Namun masih saja tidak ada kemajuan ke arah lebih baik?
Bagi umat muslim, sebenarnya mudah saja untuk menjawab dan mencari solusi atas segala persoalan yang dihadapi rakyat pada hari ini. Agama Islam sudah sangat lengkap memandu semuanya, dari persoalan hubungan antara manusia dengan dirinya, dengan tuhannya, maupun dengan manusia lainnya. Yang memberikan petunjuk tuntunan hidup dengan jelas, mulai dari manusia bangun tidur hingga tidur lagi. Dari persoalan pribadi hingga bagaimana caranya mengurus persoalan negara.
Di dalam Islam sangat jelas, bahwa pemerintah menjalankan roda kepemerintahannya sebagai ra'in dan junnah, yakni sebagai pelindung, pengayom, dan penjaga rakyat. Sehingga apapun yang dilakukan oleh pemerintah, semuanya hanya untuk kepentingan rakyat secara merata tanpa pandang bulu.
Di bidang ekonomi misalnya, segala jenis sumber daya alam akan dikelola negara secara langsung dengan cara memberdayakan masyarakatnya. Pengelolaan SDA secara langsung ini tentu saja membuka peluang besar untuk lapangan pekerjaan bagi rakyat. Akibat tak adanya campur tangan asing maupun swasta, tentu keuntungan dari pemanfaatan SDA ini akan memberikan dampak positif besar kepada masyarakat berupa gaji besar yang akan diterima oleh mereka, dan sisanya masuk ke Baitul mal yang sangat bermanfaat untuk terciptanya pendidikan dan kesehatan yang mudah dijangkau.
Selain pengelolaan SDA secara langsung, negara juga mempertimbangkan dampak-dampaknya ketika sedang memanfaatkan alam. Pemanfaatan alam tidak dilakukan secara berlebih-lebihan sampai di tahap merusak lingkungan dan menimbulkan bencana.
Melihat dua perbedaan demikian, maka sudah seharusnya umat Islam menyadari bahwa agama mereka Islam adalah agama sempurna yang tak hanya mengurusi persoalan individu saja, tetapi juga secara luas mencakup kesejahteraan masyarakat dan bernegara. Sudah seharusnya pula memperjuangkan penegakan syari'at Allah di bumi Indonesia dan dunia untuk memperbaikinya segala kerusakan akibat keserakahan manusia dengan sistem sekuler kapitalismenya.
Via
Opini
Posting Komentar