IBRAH
Wafatnya Pengemban Dakwah
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Ajal adalah batas akhir kehidupan seseorang di dunia. Tidak dapat dimungkiri bahwa semua makhluk di muka bumi ini akan menemui ajalnya. Pun seorang manusia yang diciptakan Allah Swt. dengan segala kesempurnaannya tidak akan lepas dari batas akhir hidupnya. Hanya saja ada yang berakhir dalam kebaikan (husnul khatimah), ada pula yang berakhir dalam keburukan (su'ul khatimah).
Wafatnya seorang pengemban dakwah lebih menyedihkan dari hilangnya seluruh kenikmatan dunia. Hal ini adalah ungkapan yang maknanya sangat dalam dan bernilai tinggi dalam pandangan Islam. Meskipun kalimat tersebut bukan merupakan teks dari Al-Qur’an atau hadis secara langsung, maknanya bisa dirujuk dan dikuatkan oleh berbagai dalil syarak yang menunjukkan betapa mulianya posisi para penyeru kepada kebenaran dan betapa besar kehilangan umat ketika mereka wafat.
Di antara beberapa dalilnya adalah:
Pertama, wafatnya ulama dan pengemban Ilmu adalah musibah yang besar.
Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan sekali cabut dari manusia, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, hingga apabila tidak tersisa seorang alim pun, manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh; mereka ditanya lalu berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan." (HR. Al-Bukhari no. 100, Muslim no. 2673)
Pasalnya, wafatnya para ulama dan pengemban dakwah menyebabkan umat kehilangan petunjuk, hingga mereka terjerumus dalam kesesatan.
Kedua, kematian seorang mukmin lebih berat dari runtuhnya dunia.
Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu menyebutkan, bahwa kematian seorang alim lebih aku takuti daripada kehilangan gunung Uhud dari tempatnya.
Dalam atsar lain disebutkan, "Kematian seorang alim (ulama) adalah celah dalam Islam yang tidak bisa ditambal, kecuali oleh orang yang menggantikannya."
Ketiga, para pengemban dakwah adalah pewaris nabi.
Di dalam sebuah hadis disebutkan oleh baginda Rasulullah saw., "Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya, sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR. Abu Dawud no. 3641, At-Tirmidzi no. 2682, dinilai sahih oleh Al-Albani)
Oleh karena itu, para pengemban dakwah bukan sekadar individu, tapi penyambung risalah kenabian. Kehilangan mereka seperti kehilangan cahaya petunjuk.
Terakhir, keempat, besarnya ganjaran bagi syuhada dan para penyeru kebenaran.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki." (TQS. Ali 'Imran: 169)
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
IBRAH
Posting Komentar